2023-07-20 05:19:55
Konflik Valuet.me/KelasAfirmasiOnline
t.me/KelasAfirmasiOnline
t.me/KelasAfirmasiOnline
Saya bahas tentang konflik saat mencapai goals.
Perhatikan situasi ini:
Ada seorang ayah yang sedang menganggur karena baru saja di PHK, ia melamar kerja kesana kemari tapi belum kunjung mendapatkan pekerjaan.
Untuk biaya hidup sehari-hari, terpaksa pinjam sana sini sampai nilainya sudah 3x gaji di perusahaan sebelumnya.
Maklum anak-anak ada 3 yang masih sekolah dan istri sedang hamil besar. Ini adalah cerita rekaan ya, tapi simak sampai tuntas.
Suatu hari, sang ayah mendapatkan tawaran kerja di luar kota sebagai sopir pribadi direktur. Gajinya besar tapi berpotensi pulang setahun sekali karena mengikuti jadwal direktur.
Meski ada sopir lain, tapi bila sopir pribadi membuat nyaman direktur, bisa jadi orang kepercayaan dan karenanya terikat dengan pekerjaan selanjutnya.
Sang ayah tentu saja senang, sebab gajinya besar bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Tapi dia ingat, istrinya sedang hamil besar dan 3 anak-anak masih kecil, masih sekolah, masih butuh bimbingan belajar setiap malam.
Lalu ada tawaran lagi, sebagai sopir mobil box mengantarkan catering setiap Sabtu dan Minggu, gajinya kecil tapi melayani mengantarkan catering wilayah kotanya saja.
Tentu saja ini kabar baik, sebab kerja tak perlu meninggalkan anak istri berhari-hari, bisa pulang setiap hari meski mungkin larut malam.
Tapi di sisi lain, gajinya kecil.
Bagaimana ya?
Nah kasus diatas sangat mungkin dialami siapa saja dengan konflik berbeda-beda.
Ada orang yang merasa bimbang antara bertahan kerja kantoran tapi banyak sogokan, atau keluar mempertahankan kejujuran tapi berpotensi kerja serabutan.
Pada akhirnya setiap orang memiliki nilai-nilai yang paling dijunjung tinggi. Pada kasus pertama, nilai keluarga dan uang, pada kasus kedua, uang atau kejujuran.
Ketika Anda dibenturkan pada konflik diatas, Anda pun akan memiliki PRIORITAS nilai tertentu. Entah memilih uang mengorbankan keluarga, atau memilih keluarga mengorbankan uang. Bisa juga memilih uang mengorbankan kejujuran, atau memilih kejujuran meninggalkan uang.
Nilai-nilai itu disebut VALUE yaitu apa yang Anda anggap penting dan setiap kita memiliki urutan value dari yang paling penting sampai kurang penting.
Masalahnya disini:
Ada orang yang mengaku ingin punya income Rp 100 juta per bulan tapi dalam daftar value-nya, tidak ada uang sama sekali.
Artinya program bawah sadarnya menganggap uang tidak penting. Tapi secara sadar merasa butuh uang. Biasanya kasus ini terjadi karena seseorang membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Sehingga dia menggunakan goals orang lain pada dirinya yang terikat dengan value tertentu. Padahal bisa jadi, goals orang lain atau kehidupan orang lain, terususun atas value yang berbeda dengannya.
Paham?
Sekarang saya tanya kepada para istri:
Lebih penting mana: suami memberi banyak uang atau suami setia dan romantis?
Inilah value.
Ada istri yang selalu khawatir: "kalau suamiku banyak uang, nanti dia selingkuh atau menikah lagi?"
Di sisi lain dia selalu mengeluh dengan ekonomi yang sulit, menyalahkan suami yang kerjanya serabutan, atau pagi-pagi tak ada uang sama sekali.
Orang yang tak mengenali value-nya sendiri terjebak membandingkan dirinya dengan orang lain, iri dengan kehidupan indah orang lain, lalu meratapi diri atau melabeli diri tak berguna.
Padahal kalau kenal value sendiri, fokus saja pada value tersebut lalu ketika hidup dengan value sendiri, syukuri dan bahagia.
Uang otomatis datang sendiri. Sebab keberlimpahan ada pada kebahagiaan dan kemiskinan ada pada kesedihan.
Belum lagi orang yang berusaha hidup seperti orang lain, memaksakan value orang pada pikiran dan perasaannya seperti memaksakan memakai baju ukuran orang lain ke badan sendiri.
Meskipun bisa, tak nyaman. Meskipun goals itu tercapai, tapi bertentangan dengan nurani sendiri, dengan value sendiri.
Akhirnya dilepas juga.
Pernah merasa mencapai goals lalu hidup terpuruk lagi? Sebab tak bisa menjaga bahagia karena konflik value, tak sadar.
Wallahu'alamAhmad Sofyan Hadi
767 viewsAhmad Sofyan Hadi, 02:19