Get Mystery Box with random crypto!

Rumah Keluarga Indonesia, Pekanbaru

Logo saluran telegram rumahkeluargaindonesiapekanbaru — Rumah Keluarga Indonesia, Pekanbaru R
Logo saluran telegram rumahkeluargaindonesiapekanbaru — Rumah Keluarga Indonesia, Pekanbaru
Kategori: Tidak terkategori
Bahasa: Bahasa Indonesia
Pelanggan: 1.25K
Deskripsi dari saluran

Rumah keluarga Indonesia, Inspiration for happy, healthy, smart family

Ratings & Reviews

3.67

3 reviews

Reviews can be left only by registered users. All reviews are moderated by admins.

5 stars

1

4 stars

1

3 stars

0

2 stars

1

1 stars

0


Pesan-pesan terbaru

2022-09-01 11:43:16 KELUARGA HARUS KOKOH DALAM SUKA DAN DUKA

Pemateri : Ustadzah DR. Aan Rohanah, Lc, M.Ag

Siapapun yang sudah berjodoh sebagai suami istri dan berniat menjadikan pasangannya adalah pelabuhan cintanya serta bersama-sama telah bersepakat menjalani kehidupan keluarga dengan ikhlas karena Allah agar menjadi ibadahnya, maka mereka harus berusaha menjadikan keluarga tetap kokoh dan harmonis dalam suka dan duka, ringan dan berat, kaya dan miskin.

Suami istri harus menganggap bahwa kekokohan dan keharmonisan keluarga adalah milik yang paling berharga, karunia terindah, dan sumber kebahagiaan, agar kekokohan keluarga dan keharmonisannya akan terus diperjuangkan sehingga mereka bisa :

Saling terikat dan saling bersandar tidak bisa terpisahkan oleh berbagai tantangan dan rintangan.

Mudah berdamai saat ada perbedaan atau perselisihan sehingga bisa tetap harmonis dalam amal dunia dan amal akhirat.

Merencanakan masa depan dan bersama-sama dapat meraihnya dengan indah.

Merasakan kenyamanan dan ketenangan saat berada dekat dengan pasangan dan betah untuk tinggal bersamanya di dalam rumah.

Berjuang bersama-sama mewujudkan generasi yang berprestasi dan unggul yang dilandasi oleh takwa dan akhlak mulia.

Membangun kebersamaan untuk menjadikan keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah yang tidak menjadi masalah di masyarakat bahkan bisa berkontribusi kepada masyarakat.


Allahu'alam Bishowab


Dipersembahkan oleh
Rumah Keluarga Indonesia
Pekanbaru
92 views08:43
Buka / Bagaimana
2022-08-05 19:06:10 *Jika Perkawinan Anda Bahagia, Anak Anda Akan Bahagia*
Oleh : Cahyadi Takariawan

Adakah pengaruh kebahagiaan dalam pernikahan, dengan perkembangan anak-anak? Ternyata sangat besar dan cenderung linear.

Kondisi kehidupan pernikahan orangtua, akan menjadi inspirasi bagi semua anak-anak. Mereka akan menjadikan orangtua sebagai model dalam membentuk kebahagiaan dan kesedihan. Anak-anak sangat banyak belajar dan tanpa sadar melakukan imitasi atas apa yang terjadi pada kedua orangtua mereka.

Elizabeth Hurlock (1990) menyatakan bahwa anak yang tumbuh dari hubungan perkawinan bahagia akan mempersepsikan rumah mereka sebagai tempat yang membahagiakan untuk hidup.

Makin sedikit masalah antar orangtua, semakin sedikit pula masalah yang dihadapi anak, dan sebaliknya. Pernyataan Hurlock ini semakin menguatkan pemahaman, bahwa kondisi kehidupan pernikahan orangtua, akan membentuk kepribadian anak-anak.

Menurut Hurlock, suasana keluarga yang buruk, membuat anak tidak betah tinggal di rumah, karena suasana tersebut akan mempengaruhi masing-masing anggota keluarga untuk bertengkar satu dengan lainnya.

Anak akan cenderung lari dari rumah, karena tidak mendapatkan kedamaian dan kasih sayang. Dalam kondisi keluarga yang dipenuhi konflik, anak-anak mengapresiasi rumah sebagai tempat yang tempat yang tidak menyenangkan. Oleh karena itulah mereka tidak betah tinggal di rumah.

Dari teori Hurlock di atas, paling tidak ada dua kunci mendasar untuk menciptakan anak-anak yang tangguh.

*Kunci Pertama :* Menciptakan Kebahagiaan Perkawinan

Hendaknya pasangan suami istri menyadari sepenuhnya, bahwa kondisi kehidupan pernikahan mereka, akan menjadi faktor penting yang mempengaruhi kehidupan anak-anak mereka.

Jika menghendaki anak-anak yang tangguh dan berprestasi, maka harus menciptakan kehidupan pernikahan yang bahagia. Suami dan istri berinteraksi secara positif, mampu mengekspresikan cinta dan kasih sayang secara tepat, serta mampu mengelola konflik secara dewasa.

Kebahagiaan yang paling mendasar adalah spiritualitas. Hendaknya meyakini bahwa tak ada kebahagiaan dalam kemaksiatan dan pelanggaran terhadap aturan Allah. Bahagia itu adalah ketaatan kepada Allah dan RasulNya.

Maka menciptakan kebahagiaan, dimulai dengan menguatkan ketaatan terhadap Allah dan Rasul. Niat yang ikhlas, motivasi yang tulus, telah menjadi kunci pembuka kebahagiaan dalam kehidupan perkawinan.

*Kunci Kedua :* Menciptakan Kenyamanan dalam Keluarga

Setelah menciptakan kebahagiaan dalam kehidupan perkawinan, yang harus dilakukan oleh orangtua adalah menciptakan suasana kenyamanan dalam interaksi antar anggota keluarga.

Salah satu kata kunci dalam membangun kenyamanan adalah : *dekat* . Kedekatan orangtua dengan anak akan menghasilkan kenyamanan pada anak-anak. Mereka merasa diterima dan dihargai, sehingga potensi kebaikan mereka akan tumbuh secara optimal.

*Ternyata pribadi salih dan salihah saja tidak cukup* . Yang diperlukan adalah, mentransformasikan kesalihan dan kesalihahan tersebut dengan kedekatan kepada anak.

Orangtua yang dekat dengan anak, membuat anak percaya bahwa dirinya diterima dan dihargai. Anak-anak akan cenderung bahagia, dan memiliki sedikit masalah dalam kehidupannya.

Sebaliknya, orangtua yang jauh secara emosional dari anak, membuat anak merasa tidak diterima dan tidak dihargai. Mereka akan cenderung tidak bahagia dan memiliki banyak masalah dalam kehidupannya.
297 views16:06
Buka / Bagaimana
2022-07-17 07:38:06 Resume Bincang Santai HAN: "Setiap Anak Istimewa dengan Keunikannya"

Bersama Syahrul Padilah, M.Pd dan Elvira Rosya, S.Si - live on RKI Pekanbaru

Anak merupakan amanah dari Allah yang harapannya kelak menjadi penerus kebaikan, penyejuk mata yang mendoakan orangtuanya dan bermanfaat bagi semesta. Setiap anak istimewa karena merupakan produk ciptaan Allah SWT yang tidak pernah menciptakan produk gagal.

Bagaimana cara mengenali keistimewaan anak kita? Sesungguhnya orang tualah yang paling mengenali masing-masing anaknya. Lewat bonding yang baik akan memudahkan orang tua untuk menemukan potensi anaknya. Bonding yang baik bisa kita peroleh dengan memanfaatkan bahasa cinta anak, diantaranya:
1. Kata-kata mendukung
2. Sentuhan fisik
3. Pemberian Hadiah
4. Waktu bersama
5. Pelayanan

Jadwalkan 'dating' dengan masing-masing anak, agendakan ngobrol bareng, jalan bareng, dan makan bareng untuk membangun kedekatan.
Ayah dan Ibu bekerjasama, berbagi peran dan saling mendukung dalam mengasuh serta mendidik anak-anaknya. Secara rutin diskusikan serta evaluasi perkembangan anak.

Orang tua harus menjadi teman ngobrol yang asik bagi anak, supaya mudah dalam mengedukasi mereka. Manfaatkan quality time, misalnya waktu perjalanan menuju ke sekolah atau saat pulang ke rumah.

Setiap anak disupport agar sehat fisik dan mentalnya, merasa nyaman di dalam keluarga, supaya cerdas secara intrapersonal juga interpersonalnya. Role model utama dan pertama adalah orang tua. Ayah harus menjadi 'hero' dan kebanggaan bagi anak lelakinya serta 'first love' bagi anak perempuannya. Jika anak perempuan sudah kenyang dengan kasih sayang, pujian, rasa aman dari sosok ayahnya, maka ia tidak akan mencarinya di luar, insyaAllah imunitasnya sudah tinggi.

Adil adalah memberikan porsi cinta sesuai kebutuhan masing-masing anak. Bukan tentang persentase kasih sayang tetapi dari kecukupannya.

Mendidik itu proses yang panjang dan butuh kesabaran, butuh waktu bertahun-tahun untuk melihat hasilnya. Bukan seperti membuat adonan donat, yang setelah mengembang, bisa langsung digoreng lantas dinikmati.

Supaya tidak khilaf membandingkan anak, orang tua harus paham bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda, tidak melulu melalui indikator akademis saja. Tugas orang tua adalah menemukan potensi anak tersebut, lalu membantu anak agar bersinar dengannya.

Orang tua adalah pakar parenting terbaik bagi putra-putrinya masing-masing. Sebab orang tua yang paling mengenali karakter, pola komunikasi dan bahasa cinta anak-anaknya.

Tentang gadget, anak-anak generasi Z tidak bisa dilarang untuk tidak memanfaatkan gadget, yang bisa kita upayakan adalah mengontrol durasi dan membangun komitmen dengan anak terkait penggunaan gadget. Terus lakukan monitoring, dan sekali lagi bonding yang baik adalah kunci.

Closing statement:

1. Anak merupakan amanah yang memiliki potensi berbeda-beda, karenanya jangan menyamaratakan anak. Tugas kita sebagai orang tua adalah menggali potensi masing-masing lalu mengasah dan mengembangkannya disamping terus belajar menjadi orang tua yang baik agar dapat mengantarkan mereka tumbuh sehat, cerdas, dan kuat agar kelak menjadi pemimpin bangsa yang rahmatan lil alamin.

2. Anak yang berkualitas hadir dari keluarga yang berkualitas (dari segi agama, komunikasi, manajemen rumah tangga dlsb). Nah, anak-anak yang berkualitas inilah yang akan menjadi penyangga peradaban kelak.

3. Orang tua tidak boleh memaksakan kehendaknya, atau menitipkan obsesinya kepada anak. Sebab anak memiliki potensinya sendiri. Orang tua hanya mendampingi, memfasilitasi dan mengarahkan, seumpama pelita yang menerangi jalan mereka agar tidak tersesat di belantara kehidupan.

Diresume oleh Atik- staf biro KPAK BPKK Pekanbaru
504 viewsedited  04:38
Buka / Bagaimana
2022-06-17 15:05:26 KELEMBUTAN ISTRI MENAMBAH CINTA SUAMI

Pemateri : Ustadzah DR. Aan Rohanah, Lc, M.Ag

Suami membutuhkan kelembutan dari istri. Kelembutan yang terkadang seperti kata-kata manis nan lembut, merajuk , manja, rindu, memuliakan dan menghangatkan serta takut kehilangan karena sangat cinta kepada suami. Kelembutan istri seperti itu sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan suami. Karena kelembutan-kelembutan itu bisa membuat suami nyaman, tenang dan bahagia. Bahkan dengan kelembutan istri dalam tutur kata, sikap dan prilaku dapat mengurangi rasa lelah dan penat suami dari pekerjaan, mengurai fikiran suami yang semrawut karena banyak masalah dalam pekerjaan, meringankan beban berat pekerjaan suami dan bisa menghibur dari kesedihannya. Kelembutan yang terus menerus didapatkan suami akan menambah perasaan sayang dan cintanya kepada istri.

Rasulullah bersabda : " Allah itu Maha lembut mencintai kelembutan dan memberikan kepada kelembutan sesuatu yang tidak diberikan kepada kekerasan".

Kelembutan istri akan menjadi perhiasan terindah bagi pribadinya, sehingga bisa bertutur kata yang manis menyejukkan, bersikap dan berprilaku yang menyenangkan, bersyukur sekalipun nikmat yang didapatkan sedikit dan ikhlas serta sabar menghadapi cobaan karena ingin selalu membahagiakan suami.

Karena itu, kaum istri harus bisa menghindari kata-kata yang kasar, sikap keras kepala, dan prilaku kekerasan. Usahakanlah selalu lembut dalam bertutur kata , berprilaku dan bersikap disertai kejujuran, pengertian, memberikan pelayanan dengan iklas dan ceria agar suami bertambah cinta dan sayang.
Wallahu'alam bishowab

Dipersembahkan oleh
Rumah Keluarga Indonesia
747 views12:05
Buka / Bagaimana
2022-06-08 16:07:17 Demikian pula dalam hal selera kuliner, selera tontonan, selera olah raga, selera seni dan lain sebagainya, tidak harus menjadi sama antara suami dan istri. Namun hendaknya suami istri berusaha untuk saling mendekat kepada selera pasangan.

Bisa menikmati selera pasangannya, bisa menyesuaikan dengan selera pasangan, walau tidak berarti mematikan selera diri sendiri.

Selera pribadi, keinginan pribadi, tentu saja tetap ada. Namun tidak bisa memaksakan diri untuk memenuhi selera pribadi dan keinginan pribadi tersebut, ketika ternyata hal itu membuat tidak nyaman bagi pasangan. Inilah makna pernikahan dan berumah tangga.

Suami dan istri perlahan meninggalkan hal-hal yang bercorak sangat pribadi, dengan menyesuaikan harapan serta keinginan pasangan. Masing-masing tidak bisa lagi bersikukuh dengan keinginan dan selera pribadi, karena harus mentolerir pasangan. Harus memperhatikan kenyamanan pasangan. Harus menjaga perasaan pasangan.

Setelah menikah, benar-benar anda tidak bisa lagi menjadi diri anda sendiri secara sepenuhnya. Anda harus menenggang perasaan pasangan anda.

Semua demi kebahagiaan, keharmonisan dan keutuhan keluarga.

Dipersembahkan oleh
Rumah Keluarga Indonesia
802 views13:07
Buka / Bagaimana
2022-06-08 16:07:17 Berusaha Menjadi Seseorang yang Diharapkan Pasangan
Oleh: Ust.Cahyadi Takariawan

Setelah menikah, semestinya kita menjadi pribadi yang diharapkan pasangan.

Seorang lelaki ketika sudah menikah hendaknya menjadi suami seperti harapan istri. Seorang perempuan ketika sudah menikah hendaknya menjadi istri seperti harapan suami.

Tidak bisa seseorang ‘ngotot’ menjadi dirinya sendiri, tidak mau berubah menyesuaikan diri dengan harapan pasangan. Karena suami istri adalah pasangan yang saling berpengaruh satu dengan yang lainnya, saling terhubung satu dengan yang lainnya sepanjang waktu.

Mereka berdua bukan lagi pribadi merdeka yang boleh melakukan segala sesuatu sesuai keinginan pribadinya saja.

Seorang istri yang memiliki selera warna serta corak pakaian tersendiri yang dimiliki sejak masih muda atau bahkan sejak masih kecil, harus mau menerima perubahan selera setelah menikah, karena ada suami yang berhak atas dirinya.

Kadang suami melihat ada pakaian perempuan yang menurutnya sangat menarik, ia membayangkan istrinya akan sangat cantik jika mengenakan pakaian tersebut. Maka ia membeli pakaian tersebut agar dikenakan sang istri. Ia rela mengeluarkan uang lebih besar dari biasanya demi melihat istrinya cantik ketika mengenakan pakaian tersebut.

Sesampai di rumah, ia berikan hadiah pakaian tersebut kepada sang istri. Betapa kecewa sang suami atas respon spontan sang istri.

“Huh, model pakaian kayak begini ini enggak banget deh bagi aku. Ini bukan selera aku. Walaupun harganya mahal, tapi ini selera kampungan”, ungkap sang istri.

“Aku akan tampak jelek kalau memakai ini. Jadi ini aku simpan saja ya, sebagai kenang-kenangan darimu”, tambah sang istri.

Mengapa ia tidak mau menundukkan selera dirinya demi menyenangkan suami? Hendaknya sang istri mengenakan pakaian tersebut demi menghormati suami, dan demi menyenangkan perasaan suami. Walaupun ia memang tidak menyukainya, namun sang suami menyukai. Walaupun itu bukan selera dirinya, namun itu selera sang suami.

Maka hendaknya sang istri tetap mengenakan pakaian tersebut pada momen tertentu yang dikehendaki suami. Ia mengenakan pakaian itu saat bersama suami. Dengan demikian suami merasa bangga dan senang hadiahnya benar-benar dipakai oleh sang istri.

Tentu saja sang istri masih memiliki banyak kesempatan untuk mengenakan pakaian yang benar-benar seleranya. Saat dimana ia merasa menjadi dirinya sendiri, mengenakan pakaian yang sesuai dengan keinginannya. Sangat banyak kegiatan dan momentum yang ia bisa mengenakan pakaian sesuai pilihannya.

Namun ada momentum yang khusus ia gunakan untuk benar-benar memanjakan suami sesuai selera suami. Inilah cara kompromi ketika pakaian yang dibelikan suami tidak sesuai dengan selera istri. Berikan komentar positif disertai ucapan terimakasih.

“Alhamdulillah, terimakasih Abang sudah membelikan aku pakaian yang sangat bagus. Besok kalau Abang punya uang lagi, aku dibelikan baju yang seperti foto ini yang Bang”, ujar istri sambil menunjukkan sebuah foto baju yang diinginkannya.

Demikian pula ketika suami mendapatkan hadiah dari sang istri berupa kemeja atau kaus. Walaupun secara warna, model dan coraknya tidak sesuai dengan selera pakaian suami, namun jangan ditolak dan jangan dikomentari secara negatif.

Terimalah dengan penuh kebanggaan karena sang istri telah memberikan perhatian spesial bagi dirinya. Kenakan pada momen yang dikehendaki istri demi menyenangkan sang istri. Kendati bukan selera anda, namun itu selera istri. Hendaknya anda menjadi seseoang seperti yang diharapkan istri.

“Terimakasih Dek, engkau baik sekali. Aku akan mengenakan kemeja ini nanti ya”, begitu sebaiknya suami menerima hadiah dari sang istri.

Hendaknya suami dan istri saling berusaha untuk menjadi seseorang seperti yang diharapkan pasangan. Tidak bisa lagi untuk sepenuhnya menjadi diri sendiri, karena setelah menikah suami dan istri harus berusaha menyesuaikan dengan harapan pasangan.
707 views13:07
Buka / Bagaimana
2022-06-06 02:20:34 SIAPKAN MENTALMU, NIKMATI DINAMIKA CINTAMU

Oleh : Cahyadi Takariawan

Ketika sepasang pengantin memulai kehidupan baru di rumah tangga baru yang mereka bangun, mulailah tampak kualitas hubungan mereka yang sesungguhnya.

Ada sebagian pasangan yang berhasil mewujudkan impian dan harapan ideal mereka tanpa mengalami banyak kendala. Sebagian yang lain memerlukan usaha dan perjuangan yang keras untuk bisa meraihnya.

Bahkan ada pula pasangan yang dalam sepanjang rentang waktu kehidupan mereka tidak sempat merasakan keharmonisan dan kebahagiaan.

Sejak awal memulai hidup berumah tangga telah dipenuhi dengan berbagai pertengkaran sengit, konflik berkepanjangan dan berujung kepada perceraian.

Yang mereka perlukan sesungguhnya adalah kesiapan mental menghadapi konflik dan kesanggupan untuk menikmati serta menyelesaikannya secara baik dan konstruktif.

Jangan menganggap konflik selalu bermakna menghalangi kebahagiaan, karena konflik justru diperlukan dalam rangka menghadirkan kebahagiaan itu sendiri.

Betapa indahnya kebersamaan dan keharmonisan, baru sangat nyata dirasakan setelah keluar dari suatu konflik. Tanpa konflik, suami dan isteri akan mendapatkan kehidupan mereka biasa-biasa saja, datar datar saja, begitu begitu saja.

Lalu dimana dinamikanya? Dimana letak indahnya?

Dipersembahkan oleh Rumah Keluarga Indonesia, Pekanbaru
499 views23:20
Buka / Bagaimana
2022-06-03 04:42:46 Yang hapal jenis batu akik dianggap nyeni.
Yang anaknya memakai jilbab dianggap melanggar HAM.
Yang anaknya pake rok mini dianggap lucu dan imut.
Yang memakai baju koko dianggap sok alim.
Yang tidak pakai baju dianggap macho.
Yang hariannya bicara islam dituduh sok suci.
Yang hariannya ghibah dianggap up to date.
Media Islam dituduh menyebarkan radikalisme.
Media porno dianggap lumrah.

Benarlah apa yang disabdakan Rasulullah saw:

ﺑَﺪَﺃَ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡُ ﻏَﺮِﻳﺒًﺎ ﻭَﺳَﻴَﻌُﻮﺩُ ﻛَﻤَﺎ ﺑَﺪَﺃَ ﻏَﺮِﻳﺒًﺎ
ﻓَﻄُﻮﺑَﻰ ﻟِﻠْﻐُﺮَﺑَﺎﺀِ

“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208).

Solusinya terhadap kondisi yang terbolak balik itu yang menjauhkan anak-anak Islam dari ciri anak idaman adalah kita harus mendidik dengan lebih percaya diri dan memakai kacamata kuda. Maksudnya, harus lebih berani dan jangan takut dengan celaan dari orang-orang yg suka mencela seperti yang disebutkan Allah dalam surah al Maidah ayat 54 diatas.

Setiap muslim yg sadar harus turun ke lapangan menyelamatkan anak-anak muslim dari kehancuran. Setiap muslim yg sadar harus mau jadi murobbi atau mentor (guru yg involve) untuk anak-anak didiknya. Sesama orang tua juga harus mau mendidik anak muslim di sekitarnya dan menjadikan anak muslim tersebut menjadi anak ideologis, walau bukan anak nasabnya.

Kita berkejaran dgn waktu untuk menyelamatkan anak-anak kaum muslimin. Kita berkejaran dgn umur kita yg singkat untuk menyelamatkan anak-anak Iagar mereka menjadi anak idaman. Setiap kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah terhadap peran ini. Barangsiapa yg pulang tanpa ada gelar da'i (guru dakwah) yang melekat pada dirinya untuk membentuk generasi idaman, maka ia akan pulang dlm keadaan bangkrut.

Jika kita lihat sejarah mengapa tampil pemimpin semacam Umar bin Khatab, Mushab bin Umair, Thoriq bin Ziyad, Musa bin Nashir, Muh. Al Fatih, Shalahuddin al Ayyubi, Ibnu Taimiyah, empat imam mazhab, dan sederet pahlawan besar lainnya, maka kita akan melihat ada satu kesamaan di antara mereka, yakni dibentuk melalui tarbiyah (pendidikan) rutin yg mengutamakan surat 5 ayat 54 di atas .

Semoga dengan kesungguhan menyebarkan pendidikan yg Islami lahir anak-anak idaman yang dirindukan umat dan diridhoi Allah serta Rasul-Nya. Aamiin ya Robbal Alamin.

Dipersembahkan oleh
Rumah Keluarga Indonesia
537 views01:42
Buka / Bagaimana
2022-06-03 04:42:46 ANAK-ANAK IDAMAN

By. Satria hadi lubis

Jika kita bicara tentang anak-anak idaman, maka kita harus mengacu pada generasi terbaik, yakni generasi para sahabat ra serta anak cucunya. Rasulullah saw bersabda : "Sebaik-baiknya generasi adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya" (HR Bukhari). Para ulama mengartikan tiga generasi tersebut adalah generasi sahabat, lalu tabi'in (anak sahabat) dan lalu tabiit tabi'in (cucu sahabat). Inilah generasi idaman dalam Islam. Tentu yg terbaik adalah generasi para sahabat yang bertemu dan dididik langsung oleh Rasulullah Muhammad saw.

Anak-anak idaman itulah yang juga disebutkan oleh Allah swt surah Al maidah ayat 54-55 :
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)".

Jadi berdasarkan dua ayat tsb, ciri anak idaman adalah: 1. Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah, 2. Lemah lembut kpd muslim dan bersikap tegas kpd orang kafir, 3. Berjihad di jalan Allah, 4. Tdk takut kepada celaan orang yang suka mencela, dan 5. Mengambil wali hanya Allah, Rasul dan orang-orang beriman yang shalat, zakat dan ruku (taat kepada Allah).

Pembentukan generasi atau anak-anak idaman semacam itu hanya bisa dilakukan melalui tarbiyah (pendidikan) Islamiyah. Dan itulah tugas kaum muslimin sepanjang jaman. Namun, di zaman sekarang ini pembentukan anak idaman menjadi sulit akibat keluarga tertular penyakit hubud dunya (cinta dunia) dan ghozwul fikri (serangan pemikiran) yang dilakukan mereka yg tdk suka dgn Islam.

Strategi ghozwul fikri musuh-musuh Islam telah diinformasikan oleh Allah swt dalam surat fushilat ayat 26: "Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka".

Jadi strategi utama mereka adalah membuat hiruk pikuk di sekitar al Qur'an sehingga al Qur'an tidak lagi utama untuk dipelajari kaum muslimin, terutama generasi mudanya.

Sejauh ini strategi musuh-musuh Islam ini cukup berhasil dengan lahirnya anak-anak yang tidak idaman dgn ciri :
1. Bangga dgn mempelajari bahasa inggris daripada bahasa arab (Al Quran), sehingga tdk paham al Qur'an.
2. Kemaksiatan dianggap ringan. Padahal semakin banyak maksiat, semakin sulit paham Al Quran.
3. Terlena dengan berbagai permainan dan hiburan, sehingga tidak memiliki waktu untuk mengkaji al Quran.
4. Dimunculkan budaya hedonisme dan induvialisme yg merusak pola pikir kaum muslimin, termasuk anak-anak kaum muslimin.

Akhirnya, anak-anak Islam menjadi asing terhadap Islam itu sendiri. Bahkan lebih jauh mereka tidak bangga dengan Islam. Perilaku mereka menjadi terbolak-balik. Yang benar menjadi salah dan yg salah menjadi benar.

Yang Nyunnah dianggap radikal.
Yang nyeleneh dianggap toleran.
Yang memakai jilbab syar'i dianggap ekstrem.
Yang tidak memakai jilbab dianggap cantik.
Yang sholat lima waktu perlu diwaspadai.
Yang tidak sholat perlu ditolerir.
Yang jenggotan dan rajin ke masjid dianggap cikal teroris.
Yang jenggotan rajin dugem dianggap keren.
Yang ke majelis ta'lim pekanan dianggap fanatik terhadap Islam.
Yang ke mall rutin dianggap gaul.
Yang hapal al Qur'an dianggap militan.
459 views01:42
Buka / Bagaimana
2022-05-31 17:20:08 RUMAH TANGGA BERKAH VS RUMAH TANGGA ISTIDROJ

By. Satria hadi lubis

Berkah adalah ziyadatul khoir (kebaikan yang banyak), baik dari sisi spritual maupun material. Dari sisi spritual contohnya, bertambahnya iman, meningkatnya ketaatan, semangat ibadah bertambah, dan semacamnya. Dari sisi material misalnya, bertambahnya penghasilan, bertambahnya harta benda, dan lain-lain. Atau bisa juga tidak bertambah, namun kemanfaatannya meningkat.

Bagaimana agar rumah tangga kita semakin berkah, baik dari sisi spritual maupun material? Jawabannya adalah :

1. Keyakinan penghuninya akan datangnya pertolongan Allah.

Keyakinan ini terutama harus dimiliki oleh suami sebagai kepala keluarga, lalu isteri dan akhirnya anak-anaknya. Semakin yakin (semakin bertaqwa), maka semakin terbukti datangnya pertolongan Allah tersebut, bahkan dari arah tak disangka-sangka. Sebaliknya, semakin kurang yakin semakin tidak terbukti, sebagaimana firman-Nya :

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu" (Qs. 65 ayat 2-3).

2. Tingkat ibadah penghuninya.

Semakin rajin ibadah, semakin sering rumah tangga tersebut mendapatkan keberkahan. Begitupun sebaliknya, semakin malas ibadah, maka semakin jarang rumah tangga tersebut mendapatkan keberkahan. Bahkan yang ada malah pikiran dan perilaku penghuninya yang merasa benar padahal jauh dari hidayah Allah.

Jangan sepelekan juga ibadah yang bersifat sunnah, seperti sholat sunnah, tilawah, shaum sunnah, zikir dan doa, serta sedekah. Jika yang dilakukan ibadah yang wajib saja, maka yang didapat hanya rezeki yang pokok saja. Namun jika keberkahan yang dicari, maka penghuninya perlu menambah dengan memperbanyak ibadah sunah.

"Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji" (Qs. 17 ayat 79).

3. Menjaga dan memperluas silaturahim

Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa ingin dilapangkan pintu rizqi untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi" (HR. Bukhari).

Secara logika, semakin banyak teman, maka probabilita yang akan membantu kita juga semakin banyak. Terutama memperbanyak teman-teman yang sholih.

Rumah tangga yang berkah adalah rumah tangga yang open house. Pagarnya tidak tinggi dan terkunci rapat. Penghuninya tidak sulit untuk ditemui. Mereka mau bergaul dan tidak mengucilkan diri. Mengenal dan dikenal tetangganya, mau menyapa terlebih dahulu, siap bertandang ke tempat yang jauh untuk menemui saudaranya, rajin membantu mereka yang berkekurangan, dan semacamnya.

Jika ada yang berdalih ada juga koq rumah tangga yang kaya raya (seakan mendapatkan keberkahan material) padahal penghuninya tidak memenuhi syarat-syarat keberkahan di atas. Maka jawabannya, bisa jadi itu adalah rumah tangga ISTIDROJ.

Jadi jangan tertipu dengan rumah tangga yang seakan memperoleh kenikmatan (semu), padahal penghuninya dimurkai oleh Allah SWT, sehingga ujung hidupnya hanya penyesalan, sebagaimana firman-Nya :

"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa" (QS. Al An'am: 44).

Semoga keberkahan selalu ada di dalam rumah tangga kita, dan semoga kita terhindar dari rumah tangga istidroj, yaitu rumah tangga yang seakan memperoleh kenikmatan, padahal dimurkai Allah SWT.

Dipersembahkan oleh
Rumah Keluarga Indonesia
424 views14:20
Buka / Bagaimana