Get Mystery Box with random crypto!

Sistem Zonasi Benarkah Keadilan Akses Pendidikan Terpenuhi? O | REVOWRITER

Sistem Zonasi Benarkah Keadilan Akses Pendidikan Terpenuhi?

Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.
(Penulis dan pemerhati kebijakan publik)

#GuruMuslimahInspiratif--"Zonasi itu niatnya baik sekali, sangat mulia karena ada unsur pemerataan dan keterjangkauan akses pendidikan. Namun tetap harus dibarengi dengan kesiapan infrastruktur beserta sarana dan prasarana pendidikan. Sehingga peserta didik baru akan bisa terakomodir melalui sistem tersebut." (Pakar Pendidikan Prof Mohamad Amin).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 1 Tahun 2021 yang menjadia acuan dalam pelaksanaan PPDB tahun 2022. Dijelaskan bahwa PPDB dilakukan melalui empat jalur, yaitu zonasi, afirmasi, perpindahan orang tua, dan jalur prestasi. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, Jumeri menjelaskan bahwa kebijakan zonasi dalam sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), merupakan salah satu upaya meningkatkan akses layanan pendidikan yang berkeadilan (Gatra.com, 20/6/2022).

Sistem zonasi yang sedang diwacanakan beberapa tahun belakangan ini menuai pro dan kontra. Konsepnya terlihat bagus agar akses pendidikan adil dan merata. Namun, di tataran mikro dan teknis terjadi ketidaksesuaian antara konsep dengan realita. Seperti yang terjadi di salah satu SMA negeri Bekasi, warga demo karena anak mereka banyak yang tidak bisa masuk ke sekolah tersebut lewat jalur zonasi. Padahal, di sekolah tersebut menerima ratusan murid di tahun ini.

Lain halnya di SDN 197 Sriwedari Surakarta, tahun ini hanya memiliki satu murid. Alasannya, sekolah tersebut berada di lingkungan perhotelan, kantor dan lapangan, sementara jumlah penduduknya kurang. Kalau pun ada anak yang sekolah, orang tua nya lebih memilih ke sekolah swasta yang menurut mereka lebih baik dari sekolah negeri.

Mengapa permasalahan ini terjadi, jika demikian bagaimana akses layanan pendidikan yang berkeadilan dapat terwujud?

Bukan Hanya Konsep, Butuh Sistem yang Tepat

Sebuah konsep yang bagus perlu didukung banyak hal, di antaranya sistem negara yang komprehensif, integral dan solutif. Selain itu, butuh faktor pendukung lainnya, sarana dan prasarana, SDM yang unggul, berkualitas, dan memadai. Ditambah lingkungan sekolah yang kondusif, sehingga murid fokus belajar tidak mudah tergoda dan terganggu dengan lingkungan luar sekolah yang kurang baik.

Begitu pun untuk mewujudkan out put pendidikan tak cukup mengandalkan sebuah konsep saja, tapi banyak faktor lain yang menjadi pendukung. Iklim yang ada di negeri ini, orang tua berharap anaknya bisa masuk ke sekolah unggulan lewat jalur zonasi atau pun lainnya. Karena sebuah harapan, anaknya bisa menjadi SDM yang unggul dan berkualitas.

Namun, iklim ini di satu sisi memicu semangat berprestasi. Sementara di sisi lain membuat anak yang tak mampu bersaing menjadi terlihat lemah. Padahal sejatinya, setiap anak memiliki potensi dan keunggulan masing-masing. Tak bisa jika yang diambil penilaian hanya aspek IQ saja misalnya, atau anak yang berprestasi hanyalah yang nilai eksaknya tinggi.

Penilaian seperti ini membuat sempit dalam melihat kecerdasan setiap anak. Tidak sesuai dengan realita. Di dunia nyata, bukan hanya anak yang ahli eksak saja yang dibutuhkan. Ahli seni, ukur, jahit, retorika, bangunan, arsitek, desain dan masih banyak lagi dibutuhkan masyarakat. Keberagaman kecerdasan ini yang harus digali dengan baik dari masing-masing anak. Artinya, butuh pendidikan yang mampu menggali potensi setiap anak, mengakomodir dan mengembangkannya semata untuk kemaslahatan umat.

Akan tetapi, jika sistem yang digunakan masih kapitalisme yang penuh dengan intrik materi. Mungkin ada sekolah atau lembaga pendidikan yang menerima suap dari orang tertentu hanya karena ingin anaknya masuk ke sekolah unggulan, sementara anaknya tak memenuhi kualifikasi. Sulit juga jika sistem yang digunakan masih sekuler, agama hanya dipahami di ranah privat saja. Berilmu tapi tidak dibarengi pemupukan iman yang benar, out put pendidikan yang ada kurang bimbingan agama. Mudah rapuh dan labil.