Get Mystery Box with random crypto!

Cerita Lara

Logo saluran telegram rekapcerita — Cerita Lara C
Logo saluran telegram rekapcerita — Cerita Lara
Alamat saluran: @rekapcerita
Kategori: Tidak terkategori
Bahasa: Bahasa Indonesia
Pelanggan: 349
Deskripsi dari saluran

Hanya sebuah kumpulan cerita plot dari @growings oleh @hanoojisung

Ratings & Reviews

3.00

2 reviews

Reviews can be left only by registered users. All reviews are moderated by admins.

5 stars

0

4 stars

1

3 stars

0

2 stars

1

1 stars

0


Pesan-pesan terbaru

2022-04-23 12:32:21
Hei! Aku nemu pouch sama dompet BTS gemes banget (。>﹏<。) cuma 20K ! ! !

yuk langsung check out ke link :
♡ ๋ ݂ https://shope.ee/7KHg4wBNit
116 views09:32
Buka / Bagaimana
2021-11-29 16:54:16 "ENGGA!" Suara serak Arkan memotong kata-kata Jihan, "I really love you, just you and only you, keep my word please?" Tulus sekali hingga Jihan mengangguk mendengar ucapan Arkan. Lara yang melihat itupun ikut merasakan tenang sebelum akhirnya hujaman pertanyaan harus kembali Arkan dan Lara terima, "jadi kalian nangis tuh kenapa?!" Jihan bertanya kembali. Kala itu Lara kembali merasa panik dan bingung, namun tampaknya Arkan sudah bisa mengendalikan situasi, mungkin. "Jadi, Jihan, waktu kita pulang kita dapet kabar kalau sekolah kita ketiban pohon besar," Arkan menjawab sembarangan.

ㅤㅤLara membulatkan matanya, terkejut dengan kebohongan Arkan yang tidak masuk akal. "Tapi sekolah kita ga ada pohon besar?" Jihan bertanya heran membuat Arkan mendesis dan melirik panik kearah Lara yang tengah menggigit bibir, mereka saling melotot, memberi kode kode seakan menyuruh untuk kembali berbohong. "Iya, itu.. ada badai topan terus satu pohon besar kebawa dan kena ke sekolah kita," Lara menjawab ragu-ragu

"Tapi kok aku ga dapat kabarnya?" - Jihan
"Kan.. hp kamu hilang.." - Lara
"Iya juga, ah jadi sedih.. tapi, kenapa kalian nangisnya histeris banget?" - Jihan
"Piala-piala aku, kamu tau kan gimana aku dapetin piala itu?" - Arkan *pura-pura nangis*
"Bener ji, perjuangan kita, mana sertifikat masih di sekolah semua kan.." - Lara *pake nada sendu*
"Ih iya ya.. pasti ngurusnya lama.. iya kalau di urus.. kalau engga??" - Jihan *ikutan mewek*

Biarkan seperti ini dulu, pikir Lara dan Arkan.
491 views13:54
Buka / Bagaimana
2021-11-29 16:54:16 ㅤㅤ

ㅤㅤSudah satu minggu semenjak kecelakaan beruntun terjadi di salah satu jalan raya kota Incheon, rumah duka masih dikunjungi oleh sanak saudara dan keluarga. Ayah dan ibu korban tengah sibuk menemani para tamu yang datang dengan senyuman ringan, seakan sudah menerima keadaan bahwa salah satu putranya telah meninggalkan dunia. Sedangkan ada dua orang terduduk diam dengan raut wajah yang tidak dapat di artikan, orang-orang mungkin menangkap bahwa Lara si kembaran dan Arkan si pacar korban masih shock menerima kenyataan bahwa orang terdekat mereka sudah pergi.

ㅤㅤNyatanya tidak, Jihan tidak benar-benar pergi. Jiwanya masih ada di sini, di rumah sedang belajar seperti biasanya, tidak mengetahui bahwa dirinya sudah tak lagi memiliki raga. Lara dan Arkan tau itu, mereka saling berpandangan dengan raut tak terbaca, saling bertukar bingung dan linglung, bergelut dalam pikiran masing-masing tanpa ingin bersuara di depan abu Jihan yang berada dalam guci cantik dibalik kaca, tepat di depan mereka.



ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤflashback.

"Harusnya aku yang naik bis! Harusnya aku ma!' teriakan Lara membuat suasana semakin runyam. Arkan di sana, meremas kuat rambutnya sembari menahan isak tangis yang semakin membuat dadanya terasa sesak. Lara masih menangis histeris, seharusnya yang pulang di jemput Arkan adalah Jihan, seharusnya Lara pulang naik bis itu, seharusnya dia tidak perlu beli buku baru, seharusnya mereka pulang bersama. Andaikan Lara bisa memutar balik waktu dan mereka akan pergi ke toko buku bersama, mereka bertiga di mobil bersama.

ㅤㅤKabar Jihan menjadi salah satu korban kecelakaan membuat rasa sedih yang penuh, sempit dan sesak. Lara segera berlari menuju kamarnya, sedangkan Arkan hanya diam terduduk di pojok ruangan, berteriak dan menangis tanpa suara. Ayah dan ibu hanya saling berpelukan di ruang tengah, seluruh ruangan penuh kesedihan dan kepedihan. Isak tangis berubah menjadi kejut karena Lara yang berteriak panik hingga terdengar suara pecahan barang, Ibu tiba-tiba pingsan dan Ayah terlihat sangat panik. "Biar saya aja om," suara Arkan parau dan berat, pipinya masih basah dan matanya memerah.

ㅤㅤSuara knop pintu terbuka, menampilkan Arkan yang diam mematung di depan pintu. Didepannya, Jihan tengah berteriak panik memanggil namanya sembari menunjuk Lara yang terduduk dengan tangis ketakutan di pojok ruangan. "Arkan! Itu Lara kenapa!! Tolongin Lara!" Suara Jihan terdengar nyata, Lara menutup telinga sembari menggigit bibirnya dan Arkan yang menyentuh pundak Jihan. Nyata, Jihan ada di sana benar benar ada di depan Arkan. Tak ada pikir panjang, Arkan memeluk Jihan dengan erat, merengkuhnya dengan tangis yang kembali terdengar.

"Kalian itu sebenernya kenapa?!" Jihan berteriak heran, "Lara tiba-tiba masuk sambil nangis ga jelas, kamu juga! Nangis sambil sesenggukan kayak bayi! Sebenernya ada apa sih?!" Jihan mengomel dan semuanya diam, berpikir apakah orang lain di luar sana mendengarnya. Lara dan Arkan masih bungkam, nafas mereka masih belum teratur terutama Lara, tubuhnya masih bergetar. Netra Jihan melirik kesana-kemari meminta penjelasan hingga bibir Lara yang bergetar mulai bersuara, "kamu pulang selamat dari bis?"

ㅤㅤSuara Lara pelan membuat Jihan mengerutkan dahi namun untungnya Lara tak perlu bertanya dua kali, "ya iya? Ini buktinya aku disini?" Jawaban Jihan yang masih kebingungan itu masih membuat Arkan dan Lara bungkam. "Setelah aku naik bis itu aku pulang langsung, eh kalian malah ga balik-balik, mana teleponku hilang entah kemana, aku pikir kalian selingkuh," Jihan berujar sembari mengerucut lucu. Masih tak ada jawaban membuat Jihan menyipitkan matanya, seakan curiga kembarannya dan pacarnya bermain di belakangnya. "Kalian nangis gini karena ada sesuatu ya? Kalian beneran.."
ㅤㅤ
385 views13:54
Buka / Bagaimana
2021-11-29 16:54:16
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤghost.
259 views13:54
Buka / Bagaimana
2021-10-25 04:34:09 ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ Chapter 2

ㅤㅤSemburat garis kekuningan dan cahaya yang mulai datang menyoroti bumi. Laut tersenyum lebar bersama dengan kotak coklat berwarna merah di belakang tubuhnya. Ruangan serba putih yang tenang tiba-tiba terasa ramai oleh pekikan juga tawa senang dari dua kakak beradik seakan lupa umur. Samudra dengan senyum lebarnya menerima suapan coklat yang diberikan Laut sembari melontarkan kalimat candaan yang dibalas dengan tawa kecil Laut.

ㅤㅤSamudra, selalu terbaring di atas kasurnya, seluruh tubuhnya dari ujung kaki hingga tangan mati rasa, tak bergerak. Namun tidak dengan hatinya, hangat, senyuman itu selalu meyakinkan orang-orang disekitarnya bahwa dirinya baik-baik saja.

ㅤㅤLaut, setelah kejadian adiknya tertabrak dan alat pacu di jantungnya sempat berhenti setelah 7 tahun dipakai. Alat kecil itu masih bersarang di dalam dada kirinya, memberikan kejut kala detak jantungnya mulai berdetak lemah, menyelamatkan nyawanya beratus-ratus kali.

ㅤㅤChandra, dikelilingi kabut penyesalan kala itu. Bagaimana nafasnya terasa tercekat ketika harus berdiri diambang ketidakpastian, Samudra dan Laut sama-sama tengah mempertahankan nyawa mereka. Gusar, takut, panik, bahkan air mata bukan lagi sebuah bahasa yang jelas untuk ditafsirkan sahabat terdekatnya yang ikut menemani Daviat bersaudara.

"Om Chandra kelamaan jomblo kayaknya dek," Laut terkikik melihat Chandra yang hanya tersenyum layaknya orang bodoh di depan pintu. Sadar tengah di ejek keponakan, Chandra berjalan mendekat sembari menjewer telinga si sulung yang menyebabkan teriakan kesakitan juga tawa riang Samudra.

"Enak aja kalau ngomong," Chandra mendumel tak suka dan memilih duduk di sebelah ranjang Samudra, bersebrangan dengan Laut yang masih meringis kesakitan. "Tapi bener kata kakak, kayaknya emang faktor kelamaan jomblo jadi agak gila," nada itu terkesan polos dan lugu namun menusuk juga menggelikan secara bersamaan. Samudra dan Laut tersenyum puas melihat Chandra yang hanya menghela nafas berat, merasa lelah menghadapi dua keponakannya.

ㅤㅤTiba-tiba pemuda berjas putih dan berkacamata bulat itu masuk, mendekati Samudra dengan senyum tipis dan mata yang teduh. "Dokter sky!" Panggil Laut senang ketika dokter yang sudah di kenalnya sejak pertama kali dokter itu magang di rumah sakit ini, sedangkan yang di panggil hanya tersenyum dan fokus memeriksa keadaan Samudra.

"Kenapa laut? Mau di cek juga?" Ramah sekali suara Dokter itu bernama Sky Agnimara yang langsung di jawab Laut dengan anggukan. Stetoskop itu mulai menyentuh permukaan dada kiri Laut sesekali bergeser. Samudra melirik ke arah Chandra yang pandangannya seakan terkunci pada dokter muda itu, hingga adik kakak itu saling melemparkan pandangan dan wink kecil sebagai penutup, "dok, kayaknya om Chandra juga perlu di check deh jantungnya."

ㅤㅤPernyataan Samudra membingungkan Chandra dan Sky, mereka berdua sempat saling berpandangan sebentar sebelum kalimat tanya terlontar di bibir si Dokter. "Memang jantungnya pak Chandra kenapa Sam?" Sky berusaha untuk tetap ramah, walau bingung lebih mendominasi benaknya.

"Jantungnya ga normal dok," jawaban Laut semakin membuat Chandra dan Sky di hantam heran dan bingung. "Hah? Kok ga normal?" Chandra berceletuk menatap Laut dengan raut wajah bingung terpatrin jelas. Sedangkan Laut dan Samudra? Hanya tertawa geli tidak jelas.

"Iya, coba dokter Sky cek deh.."
"Nanti suaranya, love you love you love you"


ㅤㅤTolong siapapun kubur Chandra sekarang juga dan bawa lari dokter Sky.

ㅤㅤ
410 views01:34
Buka / Bagaimana
2021-10-24 15:46:02 ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ Chapter 1

"Kak!! Ayo turun sarapan!!"
"Iya sebentar!"


ㅤㅤSuara gaduh pagi hari menjadi sarapan sehari-hari rumah minimalis bernuansa kayu dan warna putih, si adik yang sibuk menyiapkan sarapan, si kakak yang sibuk bersiap untuk menata perlengkapan sekolah milik mereka berdua. Dimana orang tua mereka? Well, sang ayah memilih pergi meninggalkan mereka, sedangkan sang bunda sudah menghembuskan nafas terakhirnya 5 tahun yang lalu, kala Laut Daviat berusia 9 tahun dan Samudra Daviat berusia 7 tahun.

ㅤㅤLaut, si kakak duduk manis sembari menaruh dua tas berwarna biru tua dan biru muda di atas meja makan. Samudra, si adik yang gemar bergelut di dapur itu selalu menjadi chef nomor dua bagi Laut, tentu saja yang nomor satu bunda mereka.

ㅤㅤDua piring berisikan pancake yang di tumpuk tinggi dengan tetesan madu yang melumuri permukaan luar pancake tersebut selalu membuat mata Laut berbinar senang, jangan lupakan beberapa strawberry dan blueberry yang menjadi pemanis. Samudra hanya terkekeh menatap si kakak yang berumur 14 tahun tersebut namun tingkahnya seperti anak kecil.

"Nanti kita check up ya kak, ini udah tahun ke 7 alat pacu jantungnya kakak ada di situ," Samudra memulai pembicaraan sebelum mulutnya penuh dengan pancake buatannya. Sedangkan Laut yang masih asik memakan pancake itu hanya mengangguk samar, "pulang sekolah aja ya? Biar di anter sama om Chandra sekalian."

ㅤㅤHanya dentingan garpu dan piring beradu terdengar kala Samudra hanya mengangguk menyetujui, berusaha tidak mengkhawatirkan hidup Laut yang selama ini bergantung pada alat pacu di dalam dada kirinya. Samudra menatap pipi gembul Laut yang bergoyang setiap kakaknya mengunyah pancake itu, tersenyum senang dan bahagia sekali rautnya memandang Laut yang masih bertahan sampai sekarang.

ㅤㅤSudah pukul tujuh, pasti mas supir (begitu panggil mereka) sudah menunggu mereka di depan pintu.



ㅤㅤKini jarum panjang menunjuk angka 1, anak-anak bercelana biru tua berhamburan keluar, tersenyum lebar melepaskan penat setelah 6 jam bergelut dengan pelajaran. Begitu pula Laut dan Samudra ikut tersenyum senang melihat adik mama mereka tengah menunggu dari sebrang jalan. Chandra Kristian atau biasa di panggil om Chandra oleh Daviat bersaudara.

ㅤㅤMenjemput keponakannya yang duduk di bangku kelas 9 dan kelas 7 selalu menjadi kebiasaan Chandra setiap hari. Senyuman hangat terpatri kala Laut dan Samudra mulai tampak dalam netranya, berdiri tepat didepan gerbang sekolah. Tangan Chandra melambai, memberi kesan pada Laut dan Samudra untuk mendekat. Si bungsu tampak begitu bersemangat, berlari mendekati om nya, meninggalkan Laut yang menjerit kencang, mengaburkan orang-orang yang berteriak kaget. Semuanya berjalan begitu lambat bagi Chandra dan Samudra namun Laut melihatnya dengan cepat. Bagaimana tubuh Samudra terpental jauh ketika sebuah mobil menghantamnya, wajah shock om Chandra dan jantungnya yang berhenti berdetak detik itu juga.

ㅤㅤ
300 views12:46
Buka / Bagaimana