Get Mystery Box with random crypto!

Menebar Kajian Sunnah

Logo saluran telegram kajianislamchannel — Menebar Kajian Sunnah M
Logo saluran telegram kajianislamchannel — Menebar Kajian Sunnah
Alamat saluran: @kajianislamchannel
Kategori: Agama
Bahasa: Bahasa Indonesia
Pelanggan: 40.62K
Deskripsi dari saluran

Pembina : • Ustaz Wiwit Hardi P
• Ustaz Yulian Purnama

Ratings & Reviews

3.00

3 reviews

Reviews can be left only by registered users. All reviews are moderated by admins.

5 stars

0

4 stars

2

3 stars

0

2 stars

0

1 stars

1


Pesan-pesan terbaru 6

2022-12-01 02:08:37 BAGI YANG MENGAMALKAN SUNNAH NABI, INI MASANYA UJIAN KESABARAN

Memelihara jenggot, ini sunnah Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. Bahkan ijma ulama mutaqaddimin mengenai larangan memotongnya. Namun sekarang kembali mulai dicibir dan dilecehkan dan dianggap ciri teroris.

Memakai cadar, ini diajarkan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. Bahkan ulama 4 madzhab menganjurkan, sebagiannya mewajibkan. Namun sekarang kembali mulai dicibir dan dilecehkan dan dianggap ciri teroris.

Bahkan rajin shalat ke masjid 5 waktu dan rajin datang pengajian pun sekarang kembali mulai dicibir dan dilecehkan dan dianggap ciri teroris.

Maka bagi mereka yang mengamalkan ini semua, semoga tetap istiqamah dan harap mempertebal sabar. Ini masanya ujian kesabaran.

Jika dicibir dan dilecehkan, yaa sabar.

Malu, tengsin, dilihat orang-orang, jadi pembicaraan, jadi perhatian, yaa sabar.

Jika mesti digeledah dan diperiksa aparat keamanan, maka ikuti saja prosedur dengan baik dan kooperatif.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

يأتي على النَّاسِ زمانٌ الصَّابرُ فيهم على دينِه كالقابضِ على الجمرِ

"Akan datang suatu masa, orang yang bersabar berpegang pada agamanya, seperti menggenggam bara api" (HR. Tirmidzi no. 2260, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Yang bisa bersabar di masa itu, pahalanya besar. Karena menerapkan sunnah itu ibadah dan ibadah di masa sulit itu pahalanya besar. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ

"Beribadah di masa haraj (sulit), seperti berhijrah kepadaku" (HR. Muslim no. 2948).

Imam Nawawi menjelaskan:

المراد بالهرج هنا الفتنة واختلاط أمور الناس

"Yang dimaksud dengan haraj adalah fitnah (kekacauan) dan kesemrawutan perkara di tengah manusia" (Syarah Shahih Muslim).

Bahkan orang-orang yang istiqamah ketika itu dikatakan sebagai orang yang beruntung mendapatkan surga. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

بدأَ الإسلامُ غريبًا، وسيعودُ كما بدأَ غريبًا، فطوبى للغرباءِ

"Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah ghuraba (orang-orang yang asing)" (HR. Muslim no. 145).

قيل ومَنِ الغُرَباءُ قال الَّذينَ يَصلُحونَ إذا فسَد النَّاسُ

"Ada yang bertanya: siapa orang ghuraba (orang asing) itu? Nabi menjawab: mereka adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan ketika orang-orang umumnya rusak" (HR. Ath Thabrani dalam Al Wasith, 3/250).

Kata طوبى dalam hadits ini maknanya surga. Dalam sebuah hadits disebutkan:

طوبى شجرةٌ في الجنَّةِ ، مسيرةُ مائَةِ عامٍ

"Tuba adalah pohon di surga, tingginya sepanjang perjalanan 100 tahun" (dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Jami, no. 3918).

Maka tidak mungkin bisa mendapatkan tuba ini kecuali orang yang masuk surga.

Maka tetaplah istiqamah, dan bersabarlah. Semoga Allah memberi taufik.

@kajianislamchannel
1.8K views23:08
Buka / Bagaimana
2022-11-30 10:06:07 Menjadi ibu, adalah profesi terbaik seorang wanita

Bagaimana tidak, minimalnya ada 13 ayat Al Qur'an yang memerintahkan kita untuk berbakti kepada ibu!

Salah satunya:

وَوَصَّيْنَا الإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. IBUNYA telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu" (QS. Luqman: 14).

Tidak ada profesi yang begitu dimuliakan di dalam Al Qur'an seperti ini!

Dalam syair yang terkenal disebutkan:

الأم مدرسة إذا أعددتها أعددت شعباً طيب الأعراق‏

"Ibu bagaikan sekolah, jika engkau siapkan mereka dengan baik, maka engkau telah menyiapkan bibit dari masyarakat baik"

Para ibu adalah punya peran krusial terhadap kondisi moral masyarakat suatu bangsa.

Bahkan para ibu disebut sebagai pemimpin untuk urusan rumah dan anak-anak. Dalam hadis dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, di dalamnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ

“… seorang istri adalah pemimpin terhadap urusan rumah suaminya dan urusan anaknya, ia akan ditanya (di akhirat) tentang semua itu…” (HR. Bukhari).

Para ibu adalah manager dalam perusahaan rumahnya!

Maka profesi sebagai seorang ibu, adalah profesi terbaik baik seorang wanita.

Wahai para ibu yang pontang-panting mengurus rumah dan anak, tidak ada cela sama sekali bagimu, engkau adalah orang-orang terbaik di antara kami. Jasamu sangatlah besar untuk negeri ini!

@kajianislamchannel
931 views07:06
Buka / Bagaimana
2022-11-25 00:47:39
E-Book "Tebarkanlah Salam!"
Adab dan Fikih Mengucapkan Salam

Download gratis:
https://bit.ly/tebarkanlah-salam

Silakan di-share...
135 views21:47
Buka / Bagaimana
2022-11-15 11:54:52 Larangan meniup makanan dan minuman

Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam:

إذا شرب أحدكم فلا يتنفس في الإناء

"Kalau kalian minum maka jangan bernafas di dalam bejananya" (HR. Bukhari no. 149, Muslim no. 3780).

Dari Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma beliau berkata:

نهى أن يتنفس في الإناء أو ينفخ فيه

"Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam melarang bernafas di dalam bejana atau meniupnya" (HR. Tirmidzi no. 1810, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.6820).

Dalam hadits kedua ini hanya disebutkan larangan meniup al ina-u (bejana) tanpa disebutkan tentang minum. Maka larangan ini mencakup makanan juga. Asy Syaukani mengatakan:

والإناء يشمل إناء الطعام والشراب، فلا ينفخ في الإناء ليذهب ما في الماء من قذارة ونحوها

"al ina-u (bejana) mencakup bejana untuk makanan juga minuman. Maka tidak boleh juga meniup makanan untuk menghilangkan kotoran di kuahnya atau semisalnya" (Nailul Authar, 8/221).

Hikmah dari larangan ini:

1. Mengajarkan sabar. Al Munawi mengatakan:

والنفخ في الطعام الحار يدل على العجلة الدالة على الشَّرَه وعدم الصبر وقلة المروءة

"Meniup makanan yang panas menunjukkan sikap terburu-buru dan menunjukkan akhlak yang buruk dan ketidak-sabaran serta kurangnya wibawa" (Faidhul Qadir, 6/346)

2. Agar lebih bersih, tidak terkena kotoran dari mulut. Asy Syaukani mengatakan:

فإنه لا يخلو النفخ غالباً من بزاق يستقذر منه

"Karena tiupan dari mulut itu umumnya mengandung ludah yang bisa mengotori makanan atau minuman" (Nailul Authar, 8/221).

Ibnu Hajar mengatakan:

وهذا النهي للتأدب لإرادة المبالغة في النظافة ، إذ قد يخرج مع النَّفَس بصاق أو مخاط أو بخار ردئ فيكسبه رائحة كريهة فيتقذر بها هو أو غيره من شربه

"Larangan ini dalam rangka mengajarkan adab agar tercapai kebersihan yang sempurna. Karena bersamaan dengan tiupan terkadang ada ludah, lendir atau uap kotor yang menyebabkan bau, sehingga bisa mengotorinya (makanan/minuman) atau mengotori yang lainnya" (Fathul Baari, 1/205).

3. Agar lebih berkah. Asy Syaukani mengatakan:

لا ينفخ في الإناء لتبريد الطعام الحار ، بل يصبر إلى أن يبرد ، ولا يأكله حاراً ، فإن البركة تذهب منه ، وهو شراب أهل النار

"Jangan meniup di bejana untuk mendinginkannya makanan panas. Namun hendaknya bersabar sampai dingin. Jangan dimakan ketika masih panas. Karena berkahnya akan hilang, dan minuman panas adalan minuman penduduk neraka" (Nailul Authar, 8/221).

Dibolehkan pakai cara lain untuk mendinginkan selain ditiup. Seperti yang diajarkan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin:

لو كان الشراب حاراً ويحتاج إلى السرعة ، فرخص في هذا بعض العلماء، ولكن الأولى أن لا ينفخ حتى لو كان حاراً؛ إذا كان حاراً وعنده إناء آخر فإنه يصبه في الإناء ثم يعيده ثانية حتى يبرد

"Jika minuman panas dan butuh untuk segera diminum, sebagian ulama memberikan keringanan (untuk meniup). Namun yang utama hendaknya tidak ditiup walaupun panas. Jika ia punya bejana yang lain, maka tuangkan ke bejana tersebut kemudian kembalikan lagi ke bejana awal, terus hingga dingin" (Syarah Riyadhis Shalihin, hadits no. 766).

Wallahu a'lam

Copas dari channel @fawaid_kangaswad
2.1K views08:54
Buka / Bagaimana
2022-11-10 02:32:24 Tanda mendapat cinta Allah: terjaga dari jeratan nikmat dunia

Dari Qatadah bin An Nu'man radhiallahu'anhu, bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

إذا أحبَّ اللَّهُ عَبدًا حماهُ الدُّنيا كَما يظلُّ أحدُكُم يَحمي سَقيمَهُ الماءَ

"Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan melindunginya dari jeratan kenikmatan dunia. Sebagaimana seseorang yang menjaga saudaranya yang sakit agar tidak terkena air" (HR. At Tirmidzi no. 2036. At Tirmidzi berkata: "hasan gharib", namun dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
955 views23:32
Buka / Bagaimana
2022-11-07 17:24:13
E-Book "Tebarkanlah Salam!"
Adab dan Fikih Mengucapkan Salam

Download gratis:
https://bit.ly/tebarkanlah-salam

Silakan di-share...
1.1K views14:24
Buka / Bagaimana
2022-11-06 16:42:21
1.0K views13:42
Buka / Bagaimana
2022-11-06 16:42:07 PUASA SUNNAH AYYAMUL BIDH

Disunnahkan puasa 3 hari setiap bulannya, yaitu pada tanggal 13, 14 dan 15 bulan Hijriyyah.

Namanya adalah Puasa Ayyamul Bidh karena bulan berwarna putih ketika purnama.

Niatnya?
Cukup di dalam hati ingin puasa ayyamul bidh.

Keutamaannya banyak, di antaranya sebagai
[1] bekal akhirat,
[2] seperti puasa sebulan (jika dikerjakan rutin setiap bulan, seperti puasa setahun),
[3] lalu baik untuk kesehatan.

Di antara dalilnya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

“Puasa 3 hari di setiap bulannya seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari No. 1979)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang pelaksanaannya kepada Sahabat Abu Dzar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

“Wahai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa 3 hari di setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).”
[HR. Tirmidzi No. 761 dan An Nasai No. 2425. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa haditsnya hasan]

PUASA AYYAMUL BIDH PADA BULAN RABI'UL AKHIR 1444 H (13, 14 dan 15 Rabi'ul Akhir 1444 H) bertepatan dengan hari

1. Selasa (8 November 2022)
2. Rabu (9 November 2022)
3. Kamis (10 November 2022)

Silakan dishare dan semoga bermanfaat

Admin KajianIslamChannel

IG dan TG @kajianislamchannel

#kajianislamchannel #kajianislam_channel #puasaayyamulbidh #puasasunnahayyamulbidh #ayyamulbidhrabiulakhir1444
1.1K views13:42
Buka / Bagaimana
2022-10-31 18:34:38 Memandang ke arah atas ketika sedang shalat adalah perkara yang terlarang dengan ijma (sepakat) ulama. Namun jumhur ulama mengatakan hukumnya makruh, dan sebagian ulama mengharamkan. Yang rajih, hukumnya haram karena dalam hadits pelakunya diancam akan diambil penglihatannya.

Dan kata para ulama larangan memandang ke arah atas ini dikarena ini menyebabkan ia menyimpang dari arah kiblat dan mengubah-ubah bentuk shalat yang diajarkan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam.

- Syaikh Dr. Aziz Farhan Al Anazi

Sumber:



@kajianislamchannel
1.8K views15:34
Buka / Bagaimana
2022-10-22 05:44:14 BUKAN PERKARA KHILAFIYAH

Tidak ada diantara salafus shalih yang mentakwil ayat-ayat sifat. Semisal ayat-ayat bahwa Allah di atas Arsy lalu ditakwil maksudnya Allah menguasai Arsy. Atau bahwa Allah turun ke langit dunia kemudian ditakwil artinya turun perkara-Nya atau turun Malaikat-Nya.

Mereka ijma (sepakat) untuk memahami ayat-ayat tentang sifat Allah apa adanya, sesuai makna zhahirnya tanpa di-takwil atau di-tahrif.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:

أَنَّ جَمِيعَ مَا فِي الْقُرْآنِ مِنْ آيَاتِ الصِّفَات فَلَيْسَ عَنْ الصَّحَابَةِ اخْتِلَافٌ فِي تَأْوِيلِهَا. وَقَدْ طَالَعْت التَّفَاسِيرَ الْمَنْقُولَةَ عَنْ الصَّحَابَةِ وَمَا رَوَوْهُ مِنْ الْحَدِيثِ وَوَقَفْت مِنْ ذَلِكَ عَلَى مَا شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى مِنْ الْكُتُبِ الْكِبَارِ وَالصِّغَارِ أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ تَفْسِيرٍ فَلَمْ أَجِدْ – إلَى سَاعَتِي هَذِهِ – عَنْ أَحَدٍ مِنْ الصَّحَابَةِ أَنَّهُ تَأَوَّلَ شَيْئًا مِنْ آيَاتِ الصِّفَاتِ أَوْ أَحَادِيثِ الصِّفَاتِ بِخِلَافِ مُقْتَضَاهَا الْمَفْهُومِ الْمَعْرُوفِ

“Semua ayat-ayat tentang sifat Allah di dalam Al Qur’an, tidak ada perbedaan di antara para sahabat Nabi dalam menafsirkannya. Aku telah menelaah kitab-kitab tafsir yang mengandung riwayat-riwayat dari para sahabat Nabi, dan juga perkataan para sahabat dalam hadits-hadits, dan aku telah mencarinya dalam waktu yang lama, sesuai dengan yang Allah kehendaki, dari kitab-kitab besar dan kitab-kitab kecil, lebih dari 100 kitab tafsir. Namun aku tidak menemukan sampai sekarang ada seorang sahabat Nabi pun yang menakwilkan satu saja dari ayat-ayat tentang sifat Allah atau menakwilkan hadits-hadits tentang sifat Allah sehingga mereka tidak memaknainya sesuai makna yang dipahami dari ayat” (Al Majmu’ Al Fatawa, 6/394).

@fawaid_kangaswad
5.3K views02:44
Buka / Bagaimana