Get Mystery Box with random crypto!

ٱلسـلام عليكم ورحمة ٱلله وبركاته Semangat Subuh HANDPHONE YA | Semangat Subuh

ٱلسـلام عليكم ورحمة ٱلله وبركاته

Semangat Subuh

HANDPHONE YANG TERKUNCI

"Mas, kok handphone kamu sekarang pake sandi segala sih?"

"Lah, handphone kamu malah udah hampir sebulan kamu kasih password." Raka hanya tersenyum kecil menjawab pertanyaan istrinya.

"Itu karna handphone ku takut hilang, akukan pelupa, jadi kalo di password lebih aman kalo hilang ga ada yang bisa pakai." terang Imas pada suaminya.

"Ya aku juga sama." Raka tak acuh.

Sudah enam bulan Raka dan Imas menikah, dan baru tiga bulan mereka ngontrak rumah, tadinya mereka numpang di rumah orangtua Raka.

"Asalammualaikum." Raka buka pintu rumahnya, namun tak ada jawaban dari Istrinya.

Ia menuju kamar, dilihatnya Imas tertidur pulas, padahal waktu masih menunjukan jam tujuh malam.

Raka menuju dapur, ia mendapati nasi yang hampir basi dan sayur dingin sisa tadi pagi.

Karna lapar Raka tetap memakannya, lalu kelar makan ia mandi dan menyeduh kopi.

Raka sedang asik nonton video di handphonenya, Imas bangun dan terkejut melihat Raka sudah ada di sampingnya.

"Kamu sudah pulang Mas?"

"Sudah sejak tadi sayang." Raka tersenyum.

"Kok ga bangunin aku sih?"

"Aku ga tega, kamu terlihat lelah." Raka belai rambut Imas.

"Ah, ga usah gombal deh kamu Mas! semenjak handphone kamu dikunci aku merasa curiga sama kamu tuh! pasti kamu ada selingkuh kan?"

"Ga adalah, aneh kamu itu dek." Raka hanya nyengir mendengar tuduhan istrinya.

"Kalo emang ga selingkuh coba sini kasih tau aku sandinya!"

Raka tak menjawab, ia malah berdiri dari ranjang dan melangkah menuju ruang tengah.

"Tuh kan! kamu kok gitu sih Mas! ayo coba sini handphone kamu, kalau memang kamu ga selingkuh di belakangku!"
Imas menyusul suaminya ke ruang tengah.

"Oke, tapi kamu juga kasih handphone kamu ke aku, biar sama-sama ga ada rahasia, bagai mana?"

Imas terdiam sesaat, lalu menghela nafas berat.

"Ayo siapa takut."
Imas lalu masuk kedalam kamar untuk mengambil handphonenya.

"Ini Handphone aku, Passwordnya 1998, tahun lahirku."

Raka menerima handphone dari Istrinya lalu membuka aplikasi chat, dan disana banyak chat istrinya dengan lelaki entah siapa.

"Kamu sering curhat sama lelaki lain?" tanya Raka.

"Iya, abis kamu kaya gitu, sekarang jarang pulang sore, pulang malem terus! ngakunya lembur tapi mana aku tau, sifat kamu juga berubah, ga kaya suamiku yang menikahi aku enam bulan lalu." Wajah Imas terlihat memerah karna marah.

"Aku cari teman curhat di sosmed, aku ga tau mau curhat sama siapa? aku merasa sendiri di sini mas, ketika kamu seperi itu, aku galau, aku butuh orang yang bisa menenangkan hatiku, jadi aku chat banyak lelaki hanya untuk curhat!"

"Maafkan aku, yang ga bisa ada disaat kamu membutuhkan." Raka hela nafas.

"Mana handphone kamu! apa Passwordnya?"

"Passwordnya 1206 tanggal dan bulan pernikahan kita."

Imas agak tercekat mendengar password itu, karna itu tak terpikirkan ketika ia berkali-kali mencoba membuka handphone itu saat suaminya tertidur.

Imas langsung membuka aplikasi chat milik suaminya.
Tak ada yang aneh, ia buka satu persatu chat itu, kebanyakan dari atasan Raka tentang pekerjaan.
Sampai pada chat terakhir Raka pada Ibunya yang baru dilakukan sejam lalu.

"Asalammualaikum, Raka bagai mana keadaan kamu?"

"Walaikumsalam bu, Alhamdulillah sehat."

"Istri kamu bagai mana?"

"Alhamdulillah sehat juga bu."

"Bagaimana Imas? apa kelakuannya masih seperti di rumah Ibu? bangun siang, makan, terus mainin handphone sampai sore, terus tidur lagi, apa masih seperti itu?"

"Enggak lah bu, sekarang dia sudah jadi ibu rumah tangga yang baik, bangun pagi terus masak, bahkan Raka belum bangun tidur ia sudah kelar beres-beres rumah, dan ketika Raka pulang kerjapun dia selalu buatkan Raka kopi, pokoknya Imas adalah istri terbaik buat Raka, bu."

"Alhamdulillah kalau seperti itu nak, ibu senang kalau kau terawat oleh istrimu, ibu cuma khawatir kamu capek kerja tapi istrimu masa bodo aja, seperi waktu ikut ibu itu."

"Ga bu, semua sudah berubah, ibu bantu doa saja ya, biar kami cepat punya momongan."

"Amin, pasti ibu doain nak."