Get Mystery Box with random crypto!

KEBENARAN LAKSANA CERMIN DARI LANGIT YANG JATUH BERSERAKAN Ke | المظلومة

KEBENARAN LAKSANA CERMIN DARI LANGIT YANG JATUH BERSERAKAN

Ketika menjelaskan tentang kebenaran, Jalaludin rumi membuat analogi berikut

Kebenaran itu seperti cermin atau kaca yang datang dari langit.

Ketika jatuh ke bumi, ia menghantam tanah dan kemudian pecah berserakan.

Manusia-manusia memungut potongan-potongan kaca yang tidak utuh itu.

Dan walaupun ia tidak utuh, ia tetap disebut sebagai kaca/cermin.



Nah manusia kadang salah dalam memahami kebenaran. Sesuatu yang kurang benar dianggap tidak benar. Padahal keduanya adalah kondisi yang berbeda.

Misalnya:
- Kurang benar
Masih ada poin yang benar hanya saja kurang
Ibaratnya angka, kurang benar itu nilainya dibawah 100

- Tidak benar
Tidak ada kebenarannya sama sekali. Jika dimasukan ke dalam matematika maka nilainya 0.

0 dan <100 tentu memiliki nilai yang berbeda.

Namun sayang sekali kita kerap menyamakan dua angka tersebut ketika melihat agama.



Dalam persoalan kalam, kita melihat ada aliran Jabariyah dan Qodariyah. Kedua aliran tersebut melandaskan pemikirannya pada Al-Quran. Tidak ada yang salah berkenaan dengan pendapat mereka tentang takdir. Yang ada hanya kurang. Mereka tidak mampu menghubungkan ayat-ayat Al-Quran yang terlihat seperti bertentangan. Ketidakmampuan mereka kemudian ditutupi oleh aliran Asy'ariyah yang mampu menghubungkan ayat tentang takdir dan kebebasan manusia.

Para pelajar ilmu kalam sering berkata, "Tanpa adanya Jabariyah dan Qodariyah maka tidak akan ada Asy'ariyah".

Jabariyah dan Qodariyah laksana potongan cermin yang tidak utuh, kemudian Asy'ariyah datang dan menghubungkan potongan yang cermin tersebut sehingga menjadi utuh.

Dan ...
Tidak menutup kemungkinan di masa mendatang, kekurangan-kekurangan pandangan Asy'ariyah akan ditutupi oleh aliran İIslam lainnya di masa mendatang.



Terlepas dari siapa yang benar dan siapakah yang kafir, sejatinya itu hak preogratif Allah. Kita tidak tahu secara pasti. Bahkan kita tidak tahu apakah kita sendiri benar di mata Allah. Yang kita lakukan saat ini hanyalah berharap dan berdoa:

اِھْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَـقِيْمَ

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus

صِرَاطَ الَّذِيۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ ۙ غَيۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا الضَّآلِّيۡنَ

7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

(Al-Fatihah)

Wallahu a3lam bishowab

Dina
t.me/mazlumahcinta