Get Mystery Box with random crypto!

'Apakah benar ini tempat tinggal pemuda yang bekerja sebagai k | SALAFY KOTAMOBAGU 🇮🇩

"Apakah benar ini tempat tinggal pemuda yang bekerja sebagai kuli bangunan itu?"
"Iya betul. Dia sakit sejak lama." Jawab sang nenek.
Aku masuk ke dalam rumah itu lantas ku temui si pemuda. Sungguh benar. Dia sedang sakit, terbaring dengan berbantalkan sepotong batu bata. Kuucapkan salam padanya dan ku katakan,

"Apakah kamu butuh sesuatu?"
"Iya, jika anda bersedia memenuhinya" Katanya.

"Aku akan penuhi in syaa Allahu Ta'ala."

Lantas mulailah dia berpesan,
"Jika aku meninggal maka juallah peralatan kerjaku, cuci jubah dan kain kulit domba ini lantas kafanilah aku dengannya. Bukalah saku jubah ini karena di dalamnya ada sebuah cincin, ambil kemudian tunggulah waktu rombongan khalifah Harun ar-Rasyid lewat. Cegat dia di mana saja anda bisa mencegatnya, ajaklah dia bicara dan tunjukkanlah cincin ini kepadanya niscaya dia akan memanggil anda, lalu serahkanlah cincin ini kepadanya. Akan tetapi janganlah anda lakukan semua itu kecuali jika aku telah meninggal."

"Baiklah. Akan aku lakukan" Tandasku.

Tidak lama setelah itu sang pemuda pun meninggal. Aku jalani pesan-pesannya. Setelah usai mengurus jenazahnya maka tugas selanjutnya adalah menanti kapan rombongan khalifah lewat.

Pada hari kedatangan khalifah aku duduk di jalan. Dan setelah mereka benar-benar lewat aku pun berteriak,
"Wahai Amirul mukminin! Ada titipan untukmu" Sambil cincin itu pun aku lambaikan.
Sontak sang khalifah memerintahkan pengawalnya untuk mengambil dan membawaku, hingga aku pun diajak ke tempat tinggalnya. Sesampainya ia memanggilku dan memerintahkan orang-orang yang ada di ruangan itu untuk meninggalkan kami berdua. Kemudian sang khalifah mulai mengajakku bicara,
"Siapa kamu ini?"
"Abdullah bin Faraj" Jawabku.
"Ini cincin, darimana kamu dapatkan?"

Pertanyaannya mengantarkan aku untuk menceritakan kisah sang pemuda itu kepadanya. Hati khalifah Harun larut dan hanyut dengan kisah tersebut. Dia hanya bisa terdiam dan menangis, sampai-sampai aku pun terharu melihatnya.

Setelah khalifah mulai tenang maka aku memcoba memberanikan diri untuk bertanya,
"Wahai Amirul mukminin! Apa hubungan anda dengan pemuda itu?"

" Dia adalah anakku." Jawab Harun.

Bagaimana kejadiannya bisa seperti ini?

Sang khalifah pun menguraikan kenangan masa lalunya.
"Dia lahir sebelum aku diangkat menjadi khalifah. Dia dibesarkan dengan baik, belajar Al-Qur'an dan ilmu agama. Maka tatkala aku menjabat sebagai khalifah dia pun meninggalkan aku dan tidak mau bermegah-megahan dengan dunia sedikitpun. Lalu aku titipkan cincin ini kepada ibunya. Cincin ini terbuat dari intan permata yang setara dengan harta sekian banyaknya. Aku berpesan kepada ibunya, 'Kelak jika dia sudah besar berikanlah cincin ini kepadanya. -(dan ia adalah anak yang sangat berbakti kepada ibunya)- Berpesanlah kepadanya agar hendaklah cincin ini selalu menyertainya, sebab bisa jadi suatu hari kelak dia butuh kepada cincin ini.'

Hari berganti, bulan tak terasa pergi, dan tahun ke tahun terus berlalu, sang ibu pun wafat. Dan setelah itu aku tidak lagi mengetahui kabar tentang anakku itu kecuali setelah kamu ceritakan kisahnya kepadaku."
Kemudian setelah itu Amirul mukminin mengatakan kepadaku, "Nanti malam kita pergi melihat kuburnya".

Maka setelah malam tiba sang khalifah Harun ar-Rasyid keluar bersamaku tanpa pengawal seorang pun. Kami berjalan hingga tibalah kami di sana. Sang khalifah duduk di sisi kuburan sang putra tercinta. Air mata tak terbendung, dia pun menangis sejadi-jadinya.

Fajar tiba kami pun beranjak meninggalkan tempat itu.

Sungguh aku sama sekali tidak menyangka kalau pemuda kuli bangunan itu ternyata adalah putra khalifah Harun ar-Rasyid."

-Selesai-
----𖣔----

Kini kita tahu bahwa dia bukanlah anak yang ditelantarkan, bukan gembel, bukan pula yang putus harapan lantas memelas kepada manusia....

Justru dia hidup sederhana karena lari dari dunia. Khawatir akan terfitnah dengan gelimang harta benda. Karena kemegahan telah banyak melalaikan anak manusia.....