Get Mystery Box with random crypto!

CINCIN DAN AIR MATA Dia adalah pemuda yang hidup sederhana, t | SALAFY KOTAMOBAGU 🇮🇩

CINCIN DAN AIR MATA

Dia adalah pemuda yang hidup sederhana, tapi memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan pemuda pada umumnya.
☼︎☼︎☼︎☼︎☼︎

Dari Abdullah bin Faraj al-'Abid dia mengisahkan:

Suatu ketika aku ingin mencari seorang kuli bangunan untuk merenovasi bagian rumah kami. Lalu aku pergi ke pasar dan mencari kuli bangunan, kemudian ku dapati di ujung pasar ada seorang pemuda berkulit kuning serta terdapat buntalan besar di tangannya. Dia berjalan mengenakan jubah serta kain dari bulu domba.

"Kuli bangunan?" kataku.
"Iya." Jawabnya.
"Berapa bayarannya?"
"Satu dirham lebih seperenam" Katanya.
"Mari, kamu bekerja di tempatku"
"Aku ingin mengajukan syarat"
"Apa itu syaratnya?"

"Kalau datang waktu zhuhur dan muadzin sudah adzan maka aku akan berhenti bekerja untuk wudhu dan shalat berjama'ah di masjid, usai itu aku akan kembali. Demikian pula jika telah datang waktu ashar." Mintanya.

"Baiklah" Tandasku.
Kemudian kami pun mendatangi kediamanku.

Aku ikut membantu pekerjaannya, mengambilkan material dari satu tempat ke tempat lainnya. Dia bekerja dengan tekun dan rapih, hanya saja dia tidak berbicara sedikitpun padaku walau satu kata. Hingga tibalah adzan zhuhur, lantas dia berkata, "Wahai hamba Allah! Muadzin telah adzan!" "Oya, silakan" Izinku. Kemudian dia pun keluar dan shalat.

Sekembalinya dari shalat dia bekerja lagi dengan baik dan tekun, hingga tiba waktu ashar. Dan lagi-lagi dia meminta izin kepadaku, "Wahai hamba Allah! Muadzin telah adzan." "Oya silakan!" Jawabku sama. Kemudian dia pun keluar untuk shalat, lalu kembali lagi.

Terus berlanjut seperti itu hingga waktu sore pun tiba. Kemudian aku hitung kerjanya hari itu dan kuberikan padanya upah. Setelah itu dia pergi berlalu.

Berjalan beberapa hari setelah itu kami ingin melakukan perbaikan pada bagian rumah kami. Istriku berkata, "Panggil saja si pemuda kuli bangunan yang dulu bekerja di tempat kita. Dia telah bekerja dengan baik dengan kita."

Aku lantas pergi ke pasar untuk menemui sang pemuda itu tapi tidak bertemu dengannya. Ku tanyakan kepada orang-orang yang ada di sana dan mereka mengatakan, "Kamu bertanya tentang pemuda malang berkulit kuning yang kami tidak melihatnya melainkan dari Sabtu ke Sabtu berikutnya, dan tidaklah dia duduk kecuali hanya sendirian?" Mendengar sedikit keterangan dari mereka kemudian aku pulang.

Pada hari Sabtu berikutnya aku kembali pergi pasar, dan kali ini kebetulan aku bisa menemukannya. Aku tawarkan pekerjaan padanya,

"Anda sudah tahu upah dan syaratnya?" Dia mengingatkan aku.
"Semoga Allah mudahkan" Jawabku.

Maka dia pun kembali bekerja bersamaku, bekerja sebagaimana dulunya, tekun, rapih, dan berhenti ketika waktunya shalat.
Seusai kerja aku lantas menghitungnya dan kali ini aku berinisiatif untuk menambah upah untuknya. Tapi ternyata dia menolak untuk ditambah. Aku terus mendesaknya agar mau menerima tambahan upah itu, akan tetapi justru dia jemu dengan sikapku lalu meninggalkan aku tanpa meminta upah sama sekali.
Aku iba dengannya. Aku kasihan melihatnya. Ku ikuti dan ku tenangkan perasaannya, hingga dia pun bersedia menerima upahnya saja.

Hari-hari pun berlalu. Lagi-lagi kami ingin memperbaiki beberapa bagian rumah. Aku pergi ke pasar pada hari Sabtu sengaja untuk mencari pemuda itu, namun kali ini aku tidak lagi mendapatinya. Setelah kutanyakan kepada orang-orang di sana kemudian ada di antara mereka yang menjawab,
"Pemuda itu sakit. Biasanya dia datang ke pasar dari hari Sabtu ke Sabtu berikutnya. Dia bekerja hanya mengambil upah Satu dirham lebih seperenam, dan membeli makan setiap hari hanya senilai seperenam dirham. Dan kini dia sudah lama sakit."

Aku mencari-cari informasi tempat tinggalnya. Akhirnya aku temukan ternyata dia tinggal di rumah seorang nenek tua. Aku tanyakan kepada sang nenek,