2022-07-07 01:35:50
Yang Lebih Penting Daripada Nanya: Ied Adha Hari Apa?
Sebelum memulai penjelasan, ini hadits yang harus kita selalu ingat:
إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ، وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ.
Jika seorang hakim mengadili dan berijtihad dan ternyata ia benar, maka ia mendapat dua pahala, dan jika seorang hakim mengadili dan berijtihad lantas ia salah, baginya satu pahala
-HR Bukhari
Islam mengambil bulan untuk ibadah-ibadah seperti puasa dan haji, dan pergantian bulan di dalam Islam, itu ditandai dengan munculnya hilal (bulan sabit baru)
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ
Berpuasalah kalian jika melihat hilal (Ramadhan), dan berbukalah (Idul Fitri) kalian jika melihat hilal (Syawal)
-HR Muslim
Pendapat mayoritas ulama di madzhab Maliki, Hanafi dan Hanbali mengartikan hadits ini sebagai perintah untuk berpuasa dan berhari raya bersama. Bahwa 1 orang yang melihat hilal, menjadi sebab bagi semua Muslim berpuasa, metode ini kita sebut kedepan dengan metode Rukyat Global
Sedang madzhab Syafi'i, dengan ijtihadnya yang sangat menjadi solusi di masa itu, dimana teknologi komunikasi tercepat adalah dengan kuda, membatasi bahwa melihat hilal lebih mudah dan efektif jika dilakukan masing-masing wilayah (mathla), satu tempat bisa berbeda waktu puasanya dengan tempat lainnya, tergantung kapan ia melihat hilal pergantian bulan, selanjutkan dikenal dengan metode Rukyat Lokal
Sedangkan ketika teknologi dan sains sudah semakin berkembang, maka muncul metode lain dengan dasar dalil Islami juga, yang lebih akurat memprediksi pergantian bulan, yaitu metode Hisab
Sekali lagi, ketiganya adalah hasil ijtihad, sehingga tidak ada kemungkinan diantara ketiga metode ini dosa, kesemuanya sah, berdasar dalil
Separah-parahnya kekeliruan, andai sudah melalui prosedur ijtihad oleh ulama yang memang memiliki kualifikasi dan kompetensi, maka keliru saja mendapat satu pahala
Jadi yang penting bukan bertanya, "Kapan puasa arafahnya?" atau "Kapan shalat Iedul Adha-nya?", tapi mengetahui dan memahami alasan di balik itu, pendapat ulama di balik itu
Agar kita jadi bijaksana dan tidak saling mengejek, merendahkan, dan menyalahkan pendapat orang lain. Apa yang Allah bolehkan kita berbeda, mengapa kita harus memaksakan pendapat?
Jadi kesimpulannya
Yang ikut team metode Rukyat Global dan Hisab, bakal puasa Arafah di 8 Juli 2022, ketika jamaah haji wukuf di Arafah. Dan shalat ied esoknya, 9 Juli 2022
Yang ikut team Rukyat Lokal, bakal puasa Arafah di 9 Juli 2022, berdasarkan keputusan ulama di Indonesia. Dan shalat ied esoknya, 10 Juli 2022
Keduanya ada dalilnya, keduanya sah, yang nggak sah yang ngejek, ngajak ribut dan nyalahin pendapat orang lain
Inget, kita niat taat belum tentu dapet pahala loh, tapi berselisih dan ribut, udah pasti dosanya, males kan?!
Lengkapnya silakan saksikan di video, semoga bermanfaat
5.2K views22:35