Get Mystery Box with random crypto!

Silsilah Manhaj

Logo saluran telegram silsilahmanhaj — Silsilah Manhaj S
Logo saluran telegram silsilahmanhaj — Silsilah Manhaj
Alamat saluran: @silsilahmanhaj
Kategori: Tidak terkategori
Bahasa: Bahasa Indonesia
Pelanggan: 1.14K
Deskripsi dari saluran

Menyelami Hikmah Salaf
Official Account Of Ust. Abu Ruwaifi' Saryanto hafizhahullah
Info/Join Grup WA/Konsultasi Syari'ah WA/Tlp. 085326461707

Ratings & Reviews

2.50

2 reviews

Reviews can be left only by registered users. All reviews are moderated by admins.

5 stars

0

4 stars

1

3 stars

0

2 stars

0

1 stars

1


Pesan-pesan terbaru

2022-08-30 08:17:22
Tiga Kunci Bergaul Antara Sesama Manusia

Silahkan Ikuti dan Bagikan

https://t.me/silsilahmanhaj
45 viewsSilsilah Manhaj, 05:17
Buka / Bagaimana
2022-08-28 17:20:03
Keadaan Hati Yang Penuh dengan Ketakwaan

Silahkan Ikuti dan Bagikan

https://t.me/silsilahmanhaj
98 viewsSilsilah Manhaj, 14:20
Buka / Bagaimana
2022-08-25 06:12:53
Upaya Agar Ajaran Islam Tetap Langgeng di Tengah-Tengah Umat

Silahkan Ikuti dan Bagikan

https://t.me/silsilahmanhaj
166 viewsSilsilah Manhaj, 03:12
Buka / Bagaimana
2022-07-26 03:48:10 Jibril bertugas menyampaikan wahyu, Malakul Maut bertugas mencabut nyawa, juga di sana ada malaikat lain yang ditugaskan untuk urusan janin yang ada dalam perut ibunya. Malaikat tersebut menulis rezeki dan ajalnya. Juga ada malaikat yang bertugas untuk mengawasi bani Adam. Firman-Nya:

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. Ar-Ra’du : 11)

Ada malaikat yang bertugas menulis nama-nama orang pada hari Jum’at sebelum khatib naik ke atas mimbarnya (HR. Bukhary 2/366, 6/304-Fath)

Kalau seseorang sudah tahu nama malaikat beserta tugas-tugasnya, maka ini adalah tambahan ilmu. Setelah datang ilmu maka kewajiban dia untuk meyakini hal tersebut. Setelah datang ilmu bahwasanya malāikat yang menyampaikan wahyu adalah Jibrīl maka kewajiban kita adalah beriman.

Oleh karena itu ketika kita mengetahui namanya maka keimanan kita harus bertambah. Harus berbeda antara orang yang tahu dengan orang yang tidak tahu, pastinya berbeda keimanan antara seorang thalabul ilmi dengan seorang awam, karena semakin dia banyak menuntut ilmu diharapkan semakin banyak keimanan bertambah dalam dirinya. Allahua'lam.
______

Disusun oleh: Saryanto Abu Ruwaifi' hafizhahullah

*Tidak untuk disebarluaskan*
*Baarakallahu fiikum jamii'an.*

┈┉┅━•❖ ❖•━┅┉┈
Grup Silsilah Manhaj Salaf
Telegram: https://t.me/silsilahmanhaj
Facebook Fanspage: http://bit.ly/2TGbiJw
Instagram: instagram.com/silsilahmanhaj/
Twitter: https://twitter.com/silsilahmanhaj
373 viewsSilsilah Manhaj, 00:48
Buka / Bagaimana
2022-07-26 03:48:10 *Halaqoh 11, Pertemuan 8*

*Materi: Aqidah*
*Kitab: Tsalaatsatul Ushul (Tiga Landasan Utama) Karya Syaikh Muhammad At Tamimi, rahimahulloh*

*Tema: Rukun Iman: Mengenal 6 Rukun Iman Bag. 4: Iman Kepada Malaikat*
______

Beriman dengan Malaikat-Nya (وملائكته), ini adalah rukun iman yang kedua. Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah dari cahaya, mereka senantiasa taat dan selalu menyembah Allah, tidak pernah mendurhakai apa yang diperintahkan Allah kepada mereka serta senantiasa melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Tidak ada yang mengetahui jumlah mereka selain Allah. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ

“Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu melainkan Dia sendiri.” (QS. Al-Muddatsir: 31).

Di antara dalil yang menunjukkan banyaknya bilangan malaikat dan tidak ada yang dapat menghitungnya kecuali Allah adalah sebuah hadits shahih yang berkaitan dengan baitul ma’mur, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

إن البيت المعمور في السماء السابعة حيال الكعبة يزوره كل يوم سبعون ألف ملك لا يعودون إليه

“Sesungguhnya baitul ma’mur berada di langit yang ketujuh sejajar dengan Ka’bah di bumi (diatasnya), setiap hari dikunjungi sebanyak tujuh puluh ribu malaikat kemudian (yang telah masuk) tidak akan kembali lagi.” (HR. Al-Bukhary: 3036 dan Muslim: 162/259).

Beriman kepada malaikat tidak akan sempurna kecuali dengan empat perkara:

(1). Pertama, mengimani keberadaan mereka sebagai makhluk yang senantiasa menyembah Allah dan melaksanakan apapun yang diperintahkan kepada mereka. Mereja ada dan bukan sekedar hayalan semata atau cerita fiktif semata.

(2). Kedua, mengimani nama mereka yang telah kita ketahui, sedangkan malaikat yang tidak diketahui namanya wajib kita imani secara global.

Dalam beberapa nash Al-Qur’an dan sunnah telah disebutkan sebahagian nama malaikat tersebut, seperti Jibril bertugas menyampaikan wahyu, Mikail bertugas mengatur hujan dan tumbuh-tumbuhan, Israfil bertugas meniup sangkakala, Malakul maut bertugas sebagai pencabut nyawa.

Mereka adalah malaikat yang kita ketahui nama-namanya dan kita semua mengimaninya. Adapun malaikat lain yang tidak kita ketahui namanya, maka kita mengimaninya secara global.

Dalam beberapa atsar disebutkan bahwa malaikat maut bernama Izrail, namun atsar tersebut tidak shahih. Nama yang benar adalah Malakul Maut sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala:

قُلْ يَتَوَفَّاكُم مَّلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ

Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu” (QS. As Sajdah: 11).

Ketiga, Mengimani sifat dan bentuk para malaikat yang telah diberitakan kepada kita melalui Al Kitab maupun As Sunnah. Di antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh imam  Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah Bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu yang artinya,

“Rasulullah pernah melihat malaikat Jibril dalam bentuk aslinya  yang mempunyai enam ratus sayap, setiap sayapnya dapat menutup ufuk, dari sayapnya berjatuhan berbagai warna, mutiara dan permata yang hanya Allah sajalah yang mengetahui keindahannya.” (Al-Musnad (5/282) berkata Syeikh Ahmad Syakir sanad hadits ini shahih dan berkata Ibnu Katsir dalam Bidayah Wan Nihayah (1/44) sanad hadits ini bagus dan kuat).

Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan Sang Pencipta yang memberitahukan tentang bentuk Jibril ‘alahis salam yang mempunyai enam ratus sayap, setiap satu sayap dapat menutup ufuk. Sehingga tidak perlu mempersoalkan bagaimana Rasulullah ﷺ dapat melihat enam ratus sayap dan bagaimana pula cara beliau menghitungnya?

Padahal satu sayap saja dapat menutupi ufuk? Maka kita jawab: “Selagi hadits tersebut shahih dan para ulama menshahihkan sanadnya maka kita tidak membahas mengenai kaifiyat dan bagaimananya. Karena Allah Maha Kuasa untuk memperlihatkan kepada Nabi-Nya apa-apa yang tidak dapat dibayangkan dan dicerna oleh akal fikiran kita.

Keempat, suatu perkara yang perlu dalam beriman kepada malaikat yaitu mengimani apa yang kita ketahui dari tugas dan pekerjaan mereka sebagaimana yang sudah disebutkan dalam nash.
274 viewsSilsilah Manhaj, 00:48
Buka / Bagaimana
2022-07-22 03:52:43 Sebab dalam hal ini dia telah meyakini
kadar/takaran minimalnya, bahwa Allah itu mempunyai nama dan juga sifat. Sedangkan masalah perinciannya dia belum mengetahuijya (karena belum sampai padanya atau dia belum mempelajarinya) maka hal itu tidak sampai membatalkan keimanannya.

Tetapi jika dia sudah pernah mendengar sebelumnya dan sudah tertanam dalam hatinya bahwa Allah mempunyai nama dan sifat.

Misalnya: Ketika seseorang sedang membaca Al-Qur’an lalu ia sampai pada suatu surat, Allah Ta'ala berfirman: وَهُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ – kemudian dia tahu, “Oh ternyata diantara nama Allah adalah ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ”.

Ketika dia sudah mendengarnya, mengerti, memahami, maka dalam keadaan demikian dia harus meyakini bahwa diantara nama Allah Ta'ala adalah ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ . Dan diantara sifat Allah adalah istiwa', sebagaimana firmanNya,

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

“Yang Maha Penyayang di atas ‘Arsy (singgasana) berada.” (QS. Thaha: 5).

Lafazh istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) dalam bahasa Arab – yang dengannya Allah menurunkan wahyu – berarti (عَلاَ وَارْتَفَعَ), yaitu berada di atas (tinggi/di ketinggian). Hal ini adalah kesepakatan salaf dan ahli bahasa. Tidak ada yang memahaminya dengan arti lain di kalangan salaf dan ahli bahasa. Dan pembahasan sifat-sufat yang lainnya, yang butuh pembahasan secara terperinci.

Dalam keadaan sudah mendengar tentang kesempurnaan iman kepada Allah, maka kewajiban kita adalah meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat tersebut sesuai dengan yang Allah tetapkan tanpa adanya tanpa melakukan tahrif, ta’thil, dan tidak pula takyif maupun tamtsil, dan ini adalah kadar minimal dari beriman kepada Allah Ta'ala. Allahua'lam.
______

Disusun oleh: Saryanto Abu Ruwaifi' hafizhahullah

*Tidak untuk disebarluaskan*
*Baarakallahu fiikum jamii'an.*

┈┉┅━•❖ ❖•━┅┉┈
Grup Silsilah Manhaj Salaf
Telegram: https://t.me/silsilahmanhaj
Facebook Fanspage: http://bit.ly/2TGbiJw
Instagram: instagram.com/silsilahmanhaj/
Twitter: https://twitter.com/silsilahmanhaj
259 viewsSilsilah Manhaj, 00:52
Buka / Bagaimana
2022-07-22 03:52:43 *Halaqoh 11, Pertemuan 7*

*Materi: Aqidah*
*Kitab: Tsalaatsatul Ushul (Tiga Landasan Utama) Karya Syaikh Muhammad At Tamimi, rahimahulloh*

*Tema: Rukun Iman: Mengenal 6 Rukun Iman Bag. 3*
______

Jika kita telah mengetahui mana kadar yang wajib, mana kadar yang harus minimal dimiliki oleh seseorang, maka Insyā Allāh kita akan lebih bijaksana dalam mendakwahkan kebenaran kepada orang lain. Terutama dalam masalah rukun iman ini, sebab kalau kita sudah mengtahui mana kadar yang wajib, maka kita tidak akan membebani orang lain diluar kemampuannya.

Ketika seseorang sudah mampu menguasai suatu hal, lalu ia mampu memahaminya, maka itu sudah kadar yang minimal bagi dirinya (sudah dinamakan orang yang beriman kepada Allāh dalam penguasaannya terhadap rukun iman). Setelah itu jika memang ia memiliki kemampuan (ilmu alat dan lainnya), ia bisa mempelajari sesuatu yang lebih luas dari yang sebelumnya, tapi minimal adalah ia harus memiliki keimanan yang ini dan ini, sesuai dengan tingkatannya.

Maka seseorang harus mempunyai target yang penting, ia sudah paham dan yakin bahwasanya Malaikat itu makhluk Allāh dan di antara Malaikat ada Malaikat yang bernama Jibril atau Malaikat yang ditugaskan untuk menyampaikan wahyu kepada seorang Rasul, maka itu sudah cukup dinamakan sebagai orang yang beriman kepada malāikat.

Berikutnya akan kita sebutkan disini kadar minimal dari beriman terhadap Rukun Iman yang 6.

1. Pertama: Beriman kepada Allāh (أن تؤمن بالله)

Perkataan penulis: [أَنْ تُؤْمنَ باللهِ] kamu beriman kepada Allah. Ini adalah rukun yang pertama. Beriman kepada Allah itu mengandung empat perkara:

⑴ Beriman terhadap keberadaan Allah Ta'ala, artinya Allah itu ada, kekal, perkasa, dan ini harus ada dalam diri seseorang.

⑵ Mengimani rububitah Allah Ta'ala bahwa Allah adalah Rabb yang memiliki sifat-sifat Rububiyyah, kalau ada tapi tidak memiliki sifat Rububiyyah berarti dia kurang dari yang minimal (tidak dinamakan beriman kepada Allāh)

⑶ Mengimani Uluhiyah Allah Ta'ala bahwa Allah Ta'ala adalah satu-satunya Rabb yang berhak untuk disembah, diibadahi. Jika dia meyakini wujud Allah, dan meyakini bahwasanya Dia-lah Allah (Rabb), satu-satunya yang hak disembah, tapi dia tidak menyembah Allah, berarti dia kurang dari kadar yang wajib dan belum sempurna.

⑷ Mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah. Dia meyakini bahwasanya yang disembah (Rabb) Dia memiliki nama dan juga sifat. Minimal seseorang meyakini Allah itu punya nama dan juga punya sifat.

Maknanya: menetapkan apa yang telah ditetapkan Allah Ta’ala atas diri-Nya baik yang ada di dalam Al-Qur’an maupun dalam sunnah Rasulullah dari nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala yang sesuai dengan kemulian dan kegungan-Nya, tanpa menafikan (ta’thil), menetapkan kaifiyat (takyif) dan menyerupakannya dengan makhluk (tamtsil). Allah’ berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

“Tiada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [As-Syura’ : 11]

Lalu apa yang termasuk diantara sifat-sifat Allah Ta'ala yang ditetapkan baik dalam Al Kitab maupun As Sunnah?

Jawabannya: Sifat-sifat Allah Ta'ala adalah sifat al istiwa’, al qadam  (telapak kaki), al yad (tangan), al ashabi’ (jari-jamari), ad dhahak  (tertawa), ar ridha (ridha), al ghadhab  (marah) dan yang lainnya.

Sifat-sifat tersebut mereka (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) yakini sebagaimana adanya dengan iman yang benar bahwasanya itu semua dalah sifat Allah Ta’ala, wajib ditetapkan untuk Allah sesuai dengan keagungan-Nya tanpa melakukan tahrif (mengubah), ta’thil (mengingkari), takyif (menyebutkan keadaan), dan tamtsil (membandingkan).

Seandainya seseorang tidak mampu menyebutkan sifat-sifat Allah Ta'ala, mungkin karena ia tidak tahu, tetapi dia yakin bahwa Allah memiliki nama dan sifat, apakah batal keimanannya?, Jawabannya: Tidak !!!
197 viewsSilsilah Manhaj, 00:52
Buka / Bagaimana
2022-07-21 02:01:01 Ada pula kadar yang tambahan (Kesempurnaan), begitu pula sudah seharusnya kita mengetahui apa itu kadar yang wajib (inti). Jangan sampai hanya memiliki atau mengetahui sesuatu yang kurang atau tidak mencukupi yang wajib sehingga tidak mencapai kesempurnaan.

Kita harus tahu apa kadar/takaran yang mencukupi supaya kita lebih meningkatkan keimanan kepada Allāh, atau kadar supaya kita beriman kepada Allah. Sehingga kita bisa menimbang dan melihat keadaan atau cerminan diri kita.

Contohnya dalam kehidupan sehari-hari, jika kita ingin mengenalkan orang lain dakwah Sunnah atau dalam mendakwahi orang lain, kita harus bijaksana dan tahu kondisi orang yang kita dakwahi atau lebih pasnya dalam mendakwahkan dan mengenalkan Sunnah kepada orang lain pun ada kadar/takaran yang perlu disampaikan.
______

Disusun oleh: Saryanto Abu Ruwaifi' hafizhahullah

*Tidak untuk disebarluaskan*
*Baarakallahu fiikum jamii'an.*

┈┉┅━•❖ ❖•━┅┉┈
Grup Silsilah Manhaj Salaf
Telegram: https://t.me/silsilahmanhaj
Facebook Fanspage: http://bit.ly/2TGbiJw
Instagram: instagram.com/silsilahmanhaj/
Twitter: https://twitter.com/silsilahmanhaj
194 viewsSilsilah Manhaj, 23:01
Buka / Bagaimana
2022-07-21 02:01:01 *Halaqoh 11, Pertemuan 6*

*Materi: Aqidah*
*Kitab: Tsalaatsatul Ushul (Tiga Landasan Utama) Karya Syaikh Muhammad At Tamimi, rahimahulloh*

*Tema: Rukun Iman: Mengenal 6 Rukun Iman Bag. 2*
______

Pada pembahasan sebelumnya Syaikh rahimahullah menjelaskan bahwasanya rukun iman ada enam dan termasuk i'tiqad (keyakinan) sedangkan jika dilihat dari macam-macam atau jenis amalan, maka iman mempunyai lebih dari tujuh puluh cabang. Dan tidak saling bertentangan antara rukun iman dan cabang-cabang keimanan.

Kita semua telah mengetahui bahwasanya Iman kepada Allāh, Malaikat, Kitab, Para Rasul, Hari Akhir, dan Takdir merupakan pokok penting dalam Agama Islam. Dalam rukun ini Allah jadikan sebagai pondasi pokok yang apabila sampai satu diantara rukun iman tadi tidak ada, maka batal keimanannya. Maka wajib kita harus memperhatikan dan mempelajari rukun Iman yang 6 ini. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya, dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada (1) Allah, (2) malaikat-malaikat-Nya, (3) kitab-kitab-Nya, (4) rasul-rasul-Nya, dan (5) hari akhir, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisaa’: 136).

Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala menyebut lima rukun saja, tanpa menyebut takdir. Sedangkan Allah Ta’ala tidak pernah menyebut enam rukun iman sekaligus (ditambah iman terhadap takdir) dalam satu rangkaian ayat Al-Qur’an.

Oleh karenanya, kita tidak perlu merasa bingung dengan perbedaan istilah semacam ini. Hal ini karena istilah “rukun iman” adalah istilah yang ditetapkan oleh para ulama, bukan istilah baku yang berasal dari syariat. Sehingga perbedaan semacam ini tidak menjadi masalah, karena hakikatnya sama.

Sebab para ulama yang mengatakan rukun iman itu lima, mereka memasukkan keimanan terhadap takdir dalam bagian iman kepada Allah Ta’ala, dan tidak dikeluarkan dalam satu poin tersendiri. Hal ini sebagaimana pembagian tauhid, sebagian ulama membagi menjadi tiga, sebagian membagi menjadi dua. Dan jika dilihat, dua pembagian tauhid ini hakikatnya sama saja.

Kemudian masalah rukun Iman ini, harus kita pelajari dengan baik, dan mempelajari rukun Iman yang 6 ini memerlukan ilmu dan penjabaran yang luas. Dan tidak semua yang ada di dalam rukun Iman wajib kita ketahui semua, disebabkan oleh keterbatasan kita, dan itu semua adalah kekuasaan Allah Ta'ala.

Contohnya beriman kepada Malāikat, tidak wajib bagi kita mengenal semua nama-nama malāikat yang jumlahnya ribuan bahkan jutaan atau milyaran, yang dikabarkan kepada kita hanya mengenal amalan-amalan malāikat yang disebutkan dalam Al-Qur’ān dan Hadīts.

Begitu juga tidak sembarangan orang yang Allah pertemukan dgn malaikat, hanya orang-orang terpilih saja yang Allah pertemukan, dan bukan berarti bertemu malaikat dalam mimpi kemudian diangkat jadi Nabi atau Wali sebagaimana kepercayaan orang-orang sufi.

Dan apakah dinamakan beriman kepada malaikat, beriman kepada para Rasul, apabila seseorang wajib mengenal dan menghafal nama-nama seluruh malaikat atau pada Rasul tersebut ?

Tentu jawabannya BUKAN merupakan keharusan atau kewajiban. Disana ada kadar/takaran tambahan, disana juga ada kadar yang wajib dan keduanya perlu diketahui oleh setiap muslim. Namun, pada intinya ada Kadar yang wajib, Kadar yang cukup, dan ada Kadar wajib lagi mencukupi, semuanya ada kapasitasnya tersendiri.

Maksudnya mencukupi apabila seseorang telah beriman kepada Allah, Malaikat, beriman kepada Kitab, beriman kepada Rasul, hari akhir dan seterusnya dengan keimanan yang sempurna.
152 viewsSilsilah Manhaj, 23:01
Buka / Bagaimana
2022-07-20 15:31:36 ┈┉┅━•❖ ❖•━┅┉┈
Grup Silsilah Manhaj Salaf
Telegram: https://t.me/silsilahmanhaj
Facebook Fanspage: http://bit.ly/2TGbiJw
Instagram: instagram.com/silsilahmanhaj/
Twitter: https://twitter.com/silsilahmanhaj
140 viewsSilsilah Manhaj, 12:31
Buka / Bagaimana