2022-07-22 03:52:43
*Halaqoh 11, Pertemuan 7*
*Materi: Aqidah*
*Kitab: Tsalaatsatul Ushul (Tiga Landasan Utama) Karya Syaikh Muhammad At Tamimi, rahimahulloh*
*Tema: Rukun Iman: Mengenal 6 Rukun Iman Bag. 3*
______
Jika kita telah mengetahui mana kadar yang wajib, mana kadar yang harus minimal dimiliki oleh seseorang, maka Insyā Allāh kita akan lebih bijaksana dalam mendakwahkan kebenaran kepada orang lain. Terutama dalam masalah rukun iman ini, sebab kalau kita sudah mengtahui mana kadar yang wajib, maka kita tidak akan membebani orang lain diluar kemampuannya.
Ketika seseorang sudah mampu menguasai suatu hal, lalu ia mampu memahaminya, maka itu sudah kadar yang minimal bagi dirinya (sudah dinamakan orang yang beriman kepada Allāh dalam penguasaannya terhadap rukun iman). Setelah itu jika memang ia memiliki kemampuan (ilmu alat dan lainnya), ia bisa mempelajari sesuatu yang lebih luas dari yang sebelumnya, tapi minimal adalah ia harus memiliki keimanan yang ini dan ini, sesuai dengan tingkatannya.
Maka seseorang harus mempunyai target yang penting, ia sudah paham dan yakin bahwasanya Malaikat itu makhluk Allāh dan di antara Malaikat ada Malaikat yang bernama Jibril atau Malaikat yang ditugaskan untuk menyampaikan wahyu kepada seorang Rasul, maka itu sudah cukup dinamakan sebagai orang yang beriman kepada malāikat.
Berikutnya akan kita sebutkan disini kadar minimal dari beriman terhadap Rukun Iman yang 6.
1. Pertama: Beriman kepada Allāh (أن تؤمن بالله)
Perkataan penulis: [أَنْ تُؤْمنَ باللهِ] kamu beriman kepada Allah. Ini adalah rukun yang pertama. Beriman kepada Allah itu mengandung empat perkara:
⑴ Beriman terhadap keberadaan Allah Ta'ala, artinya Allah itu ada, kekal, perkasa, dan ini harus ada dalam diri seseorang.
⑵ Mengimani rububitah Allah Ta'ala bahwa Allah adalah Rabb yang memiliki sifat-sifat Rububiyyah, kalau ada tapi tidak memiliki sifat Rububiyyah berarti dia kurang dari yang minimal (tidak dinamakan beriman kepada Allāh)
⑶ Mengimani Uluhiyah Allah Ta'ala bahwa Allah Ta'ala adalah satu-satunya Rabb yang berhak untuk disembah, diibadahi. Jika dia meyakini wujud Allah, dan meyakini bahwasanya Dia-lah Allah (Rabb), satu-satunya yang hak disembah, tapi dia tidak menyembah Allah, berarti dia kurang dari kadar yang wajib dan belum sempurna.
⑷ Mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah. Dia meyakini bahwasanya yang disembah (Rabb) Dia memiliki nama dan juga sifat. Minimal seseorang meyakini Allah itu punya nama dan juga punya sifat.
Maknanya: menetapkan apa yang telah ditetapkan Allah Ta’ala atas diri-Nya baik yang ada di dalam Al-Qur’an maupun dalam sunnah Rasulullah dari nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala yang sesuai dengan kemulian dan kegungan-Nya, tanpa menafikan (ta’thil), menetapkan kaifiyat (takyif) dan menyerupakannya dengan makhluk (tamtsil). Allah’ berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Tiada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [As-Syura’ : 11]
Lalu apa yang termasuk diantara sifat-sifat Allah Ta'ala yang ditetapkan baik dalam Al Kitab maupun As Sunnah?
Jawabannya: Sifat-sifat Allah Ta'ala adalah sifat al istiwa’, al qadam (telapak kaki), al yad (tangan), al ashabi’ (jari-jamari), ad dhahak (tertawa), ar ridha (ridha), al ghadhab (marah) dan yang lainnya.
Sifat-sifat tersebut mereka (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) yakini sebagaimana adanya dengan iman yang benar bahwasanya itu semua dalah sifat Allah Ta’ala, wajib ditetapkan untuk Allah sesuai dengan keagungan-Nya tanpa melakukan tahrif (mengubah), ta’thil (mengingkari), takyif (menyebutkan keadaan), dan tamtsil (membandingkan).
Seandainya seseorang tidak mampu menyebutkan sifat-sifat Allah Ta'ala, mungkin karena ia tidak tahu, tetapi dia yakin bahwa Allah memiliki nama dan sifat, apakah batal keimanannya?, Jawabannya: Tidak !!!
197 viewsSilsilah Manhaj, 00:52