Get Mystery Box with random crypto!

Banyak pelajar atau bahkan pengajar tajwid yang masih terlalu | Online Tajwid

Banyak pelajar atau bahkan pengajar tajwid yang masih terlalu tekstual dalam memahami bahasa kitab. Sebagai contoh adalah dalam persoalan sifat huruf: syiddah dan rakhawah.

Syiddah diartikan kuat dan rakhawah diartikan ringan atau mengalir. Namun, mereka kebingungan sendiri dalam menjelaskan bagaimana maksud dari kuat dan bagaimana maksud dari mengalir. Lalu, praktiknya seperti apa?

Sebagian yang lain ada yang lebih maju dengan mengambil beberapa definisi yang lebih panjang dan cukup populer: syiddah adalah tertahannya suara disebabkan kuatnya sandaran pada makhraj sedangkan rakhawah adalah mengalirnya suara disebabkan lemahnya sandaran pada makhraj.

Namun, mereka pun mengalami kebingungan saat berhadapan dengan definisi jahr dan hams. Karena menurut definisi yang cukup populer, jahr dimaknai tertahannya napas saat mengucapkan huruf-hurufnya disebabkan kuatnya sandaran pada makhraj. Sedangkan hams dimaknai mengalirnya napas saat mengucapkan huruf-hurufnya disebabkan lemahnya sandaran pada makhraj.

Bagaimana mungkin ada huruf yang jahr sekaligus rakhawah, dan syiddah sekaligus hams?

Belum lagi saat masih harus memaksakan diri untuk menyebutkan sifat idzlaq dan ishmat di hadapan para pemula, yang padahal tidak ada hubungannya dengan tahsin. Akhirnya mereka pun lagi-lagi bingung karena idzlaq sering diartikan mudah diucapkan dan ishmat itu berat atau sulit diucapkan. Padahal realitanya, mereka tidak merasakan hal itu dalam melafalkan huruf-hurufnya.

Inilah pentingnya muthalaah bagi para pengajar. Tidak mencukupkan diri dengan definisi-definisi yang terlalu tekstual atau textbook, walaupun populer. Para pengajar tajwid mesti terus mencari bahasa paling mudah dan sesuai dengan keadaan murid-muridnya agar pembelajaran tajwid bisa lebih mudah dipahami dan dipraktikkan.

Para pengajar tajwid juga mesti memahami bahwa ilmu tajwid memiliki irisan yang sangat kuat dengan ilmu bahasa Arab, khususnya ilmu ashwat (fonologi). Maka bukalah pintu untuk mengkaji dan mengolaborasikannya, karena bahasa-bahasa ahli fonologi kontemporer itu biasanya cenderung lebih mudah dipahami daripada bahasa kitab-kitab klasik.

Bersamaan dengan itu, juga jangan lelah untuk mengkaji kitab-kitab klasik yang primer agar mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari sumbernya langsung, bukan sekadar mengambilnya dari kutipan. Agar kita bisa menjaga khazanah keilmuan di satu sisi, dan mempermudah para pembelajar di sisi yang lain.

Wallahu a'lam.

- Muhammad Laili Al-Fadhli -

Catatan:
Untuk para pemula yang ingin memahami rincian ilmu tajwid, penjelasan detail mengenai poin-poin yang disebutkan di atas bisa disimak rekaman daurah Muqaddimah Jazariyyah atau daurah Tajwidul Huruf di Youtube Online Tajwid.

Akan lebih baik lagi apabila mengikuti daurah-daurah kami, baik itu yang tatap muka ataupun yang online sehingga bisa tanya jawab secara live dan sekaligus mempraktikkannya huruf per huruf.