2023-06-11 09:04:39
"Beginilah Akhlak Salafi Hakiki"
Suatu ketika, salah seorang dosen salafi mendapati mahasiswa yang ia bimbing dalam penulisan tesisnya menyifati al-Hafizh Zainuddin al-'Iraqiy -rahimahullah- dengan kalimat "faasidul-'aqiidah" atau akidahnya rusak, hanya karena Hafidz Al-'Iraqi melakukan penakwilan terhadap sifat-sifat Allah ala Manhaj Asy'ariyah.
Membaca tulisan tak beradab itu, Sang Dosen Salafi pun agak naik pitam dan menasihati mahasiswanya ini agar beradab terhadap para ulama meskipun diklaim memiliki ketergelinciran dalam beberapa persoalan agama atau akidah.
Ia juga menasihatinya bahwa adab seorang muslim yang baik adalah mendoakan mereka, karena boleh jadi ketergelinciran tersebut Allah ampuni lantaran banyaknya jasa mereka terhadap umat ini. Meskipun ketergelinciran tetaplah sebuah kesalahan yang mesti dikritik secara baik dan beradab.
Mendengar kisah yang langsung bersumber dari Sang Dosen yang juga Guru Besar Ilmu al-Jarh wa at-Ta'dil itu, saya teringat dengan pertemanan istimewa antara Imam Ibnu Rajabal-Hanbaliy, seorang salafi ahli hadis, murid Imam Ibnul-Qayyim, dengan al-Hafizh al-'Iraqiy, ulama ahli hadis yang terpengaruh keyakinan atau Manhaj Asy'ariyah.
Dalam Inba al-Gamr, al-Hafizh Ibnu Hajar -rahimahullah- mengisahkan bahwa persahabatan mereka berdua sangat luar biasa, mereka sering bersama-sama dalam menuntut ilmu dan melakukan rihlah bersimpuh di hadapan para ulama saat itu. Padahal, mereka juga berbeda negeri, Ibnu Rajab berasal dari Damaskus, sedangkan al-'Iraqiy berasal dari Mesir.
Pertemanan ini terus berlangsung hingga mereka jadi ulama besar di negeri asalnya masing-masing. Al-'Iraqiy menjadi panutan ahli hadis di Mesir, sedangkan majelis Ibnu Rajab menjadi tempat masyarakat Syam mentazkiyah diri mereka dan mendengarkan hadis-hadis Rasulullah -shallallahu'alaihi wasallam-.
Suatu ketika Ibnu Rajab menulis syarah Jami' at-Tirmidziy. Al-'Iraqiy pun berkeinginan yang sama. Maka suatu ketika, al-'Iraqiy mengirimkan surat ke Ibnu Rajab menanyakan beberapa hal terkait Jami' at-Tirmidziy. Tanpa ragu, Ibnu Rajab yang memiliki pengetahuan luas terkait Jami' at-Tirmidziy membalas surat beliau. Kisah ini diabadikan oleh al-Hafizh as-Sakhawiy -rahimahullah- dalam adh-Dhau al-Laami'.
Ironisnya, baik kitab Syarah Jami' at-Tirmidziy milik Ibnu Rajab ataupun milik al-'Iraqiy ini sama-sama sampai pada kita secara tidak lengkap. Padahal, keduanya merupakan dua buah buku yang sangat luar biasa, lahir dari tangan dua ulama yang tak tertandingi di masa mereka.
Semoga Allah Ta'ala memasukkan kita semua dalam surga-Nya bersama mereka berdua. Aamiin. Alangkah indahnya bila di surga kelak kita bisa bersanding dengan Rasulullah -shallallahu'alaihi wasallam-, sedangkan di hadapan beliau ada para sahabat dan tabiin, dan kita bisa bersalaman dengan Imam an-Nawawiy, Ibnu Taimiyah, bahkan bercerita ria serta berterima kasih pada Ibnu Rajab dan al-'Iraqiy. Rahimahumullah.
814 views06:04