2023-03-14 06:25:05
Pola Berulang
Polanya selalu berulang, bahwa saat kita takut kehilangan sesuatu, tak sadar kita menjadi budak dari sesuatu itu.
Maka seluruh doa-doa kita agar sesuatu itu tetap baik, ada, dan memberikan kebaikan rasanya tak terkabul.
Hal yang terjadi, justru sesuatu itu seperti melakukan perlawanan menjauhi kita dan semakin menuntut pengorbanan diri kita lebih jauh, lebih dalam, dan lebih intens.
Capek rasanya.
Kalimat diatas mungkin terlalu umum, bahas apa sih? Sebagian dari Anda bertanya demikian. Baiklah saya perjelas.
Anggaplah sesuatu itu uang.
Kita sangat ingin mendapatkan uang dan saat sudah dapat, sangat ketakutan kehilangan uang.
Sikap kita menjadi tak ubahnya hamba uang, menyediakan banyak waktu untuk (mendatangkan) uang.
Semua hal yang mampu mendatangkan, memelihara, serta melipatgandakan uang dianggap PENTING. Selain itu, gak perlu.
Maka hubungan dengan anak pun diukur uang. Menemani anak sekedar mengajak main bareng seharian di hari libur, menjadi tak lebih penting daripada survey proyek bersama rekan bisnis.
Apalagi ngobrol panjang lebar dengan pasangan, sekedar mendengarkan cerita curhatannya, tak lebih penting daripada membaca email penawaran atau membalas pesan dari rekan.
Anehnya, semakin diharapkan keberadaannya dan ditakutkan ketiadaannya, uang justru menuntut penghambaan yang lebih lagi.
Dituntut lebih bekerja keras lah, lebih disiplin lah, atau apa pun itu intinya mengorbankan waktu dan kesenangan bersama keluarga.
Seolah-olah, uang adalah solusi.
Merasa gak sih?
Apa hanya itu?
Tidak juga.
Pernah takut kehilangan seseorang?
Polanya selalu sama. Semakin ditakutkan, semakin menuntut pengorbanan. Kalimat lain dari "penghambaan".
Maka orang yang takut kehilangan pasangan, berusaha untuk membahagiakan pasangan, mempertahankan pasangan, dan berharap pasangannya ada memberi kebaikan.
Apa yang terjadi?
Semakin bahagia atau semakin kecewa?
Jawab sendiri bagi yang merasa.
Pola selalu begitu.
Lalu cara melepaskan pola itu bagaimana?
Ganti Tuhan.
Jadikan Allah yang paling diinginkan, cukup.
Allah akan hadir di hati orang yang menginginkanNya.
Allah akan keluar dari hati yang dipenuhi oleh selainNya.
Polanya selalu begitu.
Maka saat Anda merasa mendapat penyakit berat, masalah pelik, atau ekonomi sulit, mulailah dari pertanyaan ini:
Apa yang paling saya takutkan?
Bila bukan 'ditinggalkan Allah' jawabannya, Anda mesti bertaubat.
Mungkin Anda takut dengan sesuatu sampai-sampai lupa bahwa Allah-lah paling berkuasa.
Takut miskin, takut sendirian, takut sakit, takut dihina direndahkan, takut takut takut apapun itu.
Ketakutan adalah bukti ketiadaan Tuhan.
Lalu syetan menemani orang yang ketakutan dengan membisiki banyak prasangka. Maka semua ikhtiar atau kerja kerasnya dipandu oleh prasangka buatan syetan.
Demikianlah polanya.
Boleh percaya boleh tidak, tapi Anda boleh buktikan sendiri. Saat mau kembali kepada Allah, ada saja kendala.
Anda sadar bahwa Anda salah, tapi entah kenapa bingung atau ragu untuk memperbaikinya. Syetan masih bercokol dalam prasangka Anda.
Ok, solusinya apa?
To the point aja,
Pertama taubat, kedua ruqyah, ketiga perbanyak ibadah, keempat bersilaturahmi dengan orang shaleh, kelima sedekah.
Itu terapinya.
Termasuk Anda sedang didera penyakit fisik yang berat.
Bila dilakukan, Allah akan mendekat dan memberi solusi yang tepat.
1.2K viewsmm, 03:25