Get Mystery Box with random crypto!

Anak Muda Dan Salaf

Logo saluran telegram anakmudadansalaf — Anak Muda Dan Salaf A
Logo saluran telegram anakmudadansalaf — Anak Muda Dan Salaf
Alamat saluran: @anakmudadansalaf
Kategori: Agama
Bahasa: Bahasa Indonesia
Pelanggan: 20.14K
Deskripsi dari saluran

Catatan ringkas yang dishare di grup WA siswa-siswa Pusdiklatmu Lendah Kulonprogo.
_Abu Nasim Mukhtar bin Rifai La Firlaz_
Email : akhisalafy1433@gmail.com
https://t.me/InformasiDonasi

Ratings & Reviews

3.00

3 reviews

Reviews can be left only by registered users. All reviews are moderated by admins.

5 stars

1

4 stars

0

3 stars

0

2 stars

2

1 stars

0


Pesan-pesan terbaru 18

2022-09-05 04:40:02 Alhamdulillah stock buku tersisa 30% dari total jumlah cetak. Jazaakumullahu khairan atas partisipasinya.
804 views01:40
Buka / Bagaimana
2022-09-05 04:39:04
Alhamdulillah..
808 views01:39
Buka / Bagaimana
2022-09-01 14:56:21 (138)

Jangan Disengat Dua Kali di Lubang Yang Sama

.....
1.3K views11:56
Buka / Bagaimana
2022-08-30 07:07:18 Apa kesimpulannya?

Pada kasus santri nakal :

1. Ia harus bertaubat. Taubat yang nasuha. Serius dan jujur. Menyesal yang dalam. Bertekad tidak mengulangi.

2. Pintu taubat terbuka untuknya. Sebab, Allah maha pengampun dan maha menerima taubat. Dimaafkan dan diberi kesempatan untuk memperbaiki diri.

3. Urusannya dengan Allah, tentu Allah yang mengaturnya. Urusannya dengan orang lain, hendaknya diselesaikan sebaik-baiknya.

4. Efek sosial karena nakal adalah realita yang nyata. Jangan menyalahkan orang! Jalani saja sebagai risiko berbuat nakal. Justru hal itu sebagai pengingat agar tidak kembali berbuat. Itulah ujian, apakah taubatnya benar-benar ikhlas karena Allah? Ataukah hanya sekadar untuk bisa diterima manusia?

5. Efek sosial oknum santri yang nakal adalah trauma di sebagian orang. Mereka takut jadi korban lagi. Mereka khawatir terluka kembali. Maka, wajar jika mereka menjaga jarak.

Ibnu Abdil Barr dalam At Tamhid (6/127) menyatakan, " Ulama bersepakat ; tidak boleh seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari 3 hari. Kecuali, bila khawatir karena berbicara atau berinteraksi dengannya, justru bisa merusak agamanya, atau menimbulkan madharat agama dan dunia pada dirinya. Jika demikian, maka ada rukhsah untuk menjauhi dan menghindarinya. Seringkali, menghindar secara elegan lebih baik daripada berbaur namun menyakiti"

Saat menulis ini, saya teringat kembali wajah santri yang saya pulangkan. Teringat juga wajah ayahnya yang pasti kecewa.

Saya hanya bisa berdoa dan berharap agar ia berhasil melewati masa-masa sulit ini. Semoga Allah memberi hidayah untuknya. Menguatkannya agar benar-benar berhenti dari kebiasaan mengutil atau mencuri.

Walau sulit untuk kembali ke sini, masih banyak tempat yang bisa dipilih untuk memperbaiki diri.

Bila ia sungguh-sungguh bertaubat, manusia tidak memuji pun ia tak peduli. Meski sebagian orang tetap membenci, ia usahakan memaafkan karena itulah efek perbuatannya sendiri.

Semoga Allah melimpahkan hidayah untuk semuanya.

Lendah, 02 Shafar 1444 H/30 Agustus 2022

t.me/anakmudadansalaf
2.8K views04:07
Buka / Bagaimana
2022-08-30 07:04:18 (137)

Efek Sosial Santri Nakal

Sekilas, santri diidentikkan dengan sosok yang saleh, rajin beribadat, dan benci pada hal-hal yang buruk.

Walau begitu, realita tidak selalu demikian. Tetap saja, meski prosentasenya kecil, ada santri yang berpredikat nakal.

Menurut KBBI, nakal diartikan : suka berbuat kurang baik, tidak menurut, mengganggu, dan buruk kelakuan.

Mencuri, misalnya.

Ada banyak motif kenapa oknum santri mencuri. Antara lain ; klepto (mencuri barang namun tidak dia gunakan), faktor pressure dari yang lebih kuat, korban fitnah, dorongan ekonomi, ingin memiliki, kultur lingkungan, praktek dari tontonan film, proses adaptasi yang kurang berjalan baik, dan masih ada motif-motif lainnya.

Terlepas motif, perbuatan mencuri tidak dibenarkan. Siapa saja tidak boleh mencuri, apalagi yang menyandang status santri.

Rasulullah ﷺ bersabda :

لَعَنَ اللَّهُ السَّارِقَ

" Allah melaknat pencuri " HR Bukhari no.6783 dari sahabat Abu Hurairah.

Saya pernah bersedih karena "terpaksa" memulangkan santri yang terbukti mencuri. Ada bukti, saksi, plus pengakuannya. Bukan satu kali ia lakukan. Sudah sering dan berulang-ulang. Kali terakhir, tertangkap tangan.

Kasihan juga jika melihat latar belakang anak itu. Namun, jikapun saya memberinya kesempatan terakhir, lingkungan pesantren susah untuk menerimanya.

Walau ia mengaku bersalah. Berjanji tidak akan mengulangi lagi. Semua kerugian dia ganti. Bahkan, orangtua nya datang untuk memintakan maaf. Intinya, anak itu hendak bertaubat. Tetap saja berat. Kenapa?

Yang hidup di lingkungan pesantren bukan hanya saya seorang diri. Masih terdapat teman-teman anak itu. Santri-santri yang ada. Pengurus pun satu kata. Mereka semua sulit menerima kembali.

" Bukan hak kami menutup pintu taubat, Ustadz. Jika anak itu ingin baik, tidak harus di tempat ini, kan? Biarlah dia mencari tempat lain. Jujur, kami trauma ", begitulah kira-kira pernyataan santri-santri.

Ibnul Qayyim berbicara panjang lebar tentang efek negatif dan dampak buruk berbuat maksiat. Ada puluhan efek buruk yang beliau sebutkan dalam kitab Al Jawaabul Kaafi.

Efek sosial juga disentuh Ibnul Qayyim. Sejumlah ulama Salaf diriwayatkan mengatakan, " Saat saya berbuat maksiat, saya bisa merasakan efeknya pada istri dan kendaraan milik saya "

Kitab-kitab fikih semua madzhab membahas kriteria orang yang bisa menjadi saksi dalam sebuah perkara. Salah satu kriterianya; Al 'Adaalah (adil dan terpercaya).

Oleh sebab itu, orang fasik tidak diterima kesaksiannya. Contohnya, orang yang dikenal sering berbohong dan orang yang pernah dikenai hukum hadd karena kasus Qadzf (tuduhan berbuat keji tanpa bukti).

Hal ini menegaskan bahwa perbuatan dosa bisa berefek sosial. Walau pelaku sudah menyatakan bertaubat. Meski dia menunjukkan tanda-tanda kesungguhan berubah. Namun, efek sosial santri nakal harus diterima sebagai sebuah kenyataan.
2.8K views04:04
Buka / Bagaimana
2022-08-30 00:15:32
3.0K views21:15
Buka / Bagaimana
2022-08-29 06:52:01 Memang sensitif jika bicara niat. Tetapi, hal ini selalu diingatkan ulama.

Al Fudhail bin Iyadh ( Siyar A'lam Nubala) berkata, " Kasihan benar engkau, He. Engkau jahat tapi merasa baik. Engkau bodoh namun menganggap diri pintar. Engkau kikir tapi merasa dermawan. Engkau dungu namun menganggap berakal. Ajalmu pendek walau angan-anganmu panjang "

Adz Dzahabi menambahkan, " Demi Allah, beliau memang benar! Engkaulah yang zalim tapi merasa dizalimi. Engkau makan yang haram namun menganggap diri wara'. Engkau fasik tapi merasa bersikap adil"

" Engkau thalabul ilmi untuk tendensi duniawi, namun engkau beralasan mencarinya karena Allah ", pungkas Adz Dzahabi.

Sedih sangat! Jika ada santri punya banyak potensi, pintar, cerdas, baik, sopan, dan semangat. Namun, di tengah perjalanan, ia ingin berhenti jadi santri. Ia ingin kerja, ingin cepat menikah saja, ingin jadi orang biasa, katanya.

Sedih juga, bila punya teman. Dia lebih pintar. Dia lebih cerdas. Dia lebih sopan. Dia lebih rajin. Tetapi, setelah cukup jauh melangkah, ia menghilang. Thalabul ilmi ditinggalkan.

Maka, koreksi niat harus rutin dilakukan. Menjaga dan merawat niat agar tetap bersih dan jernih. Niat terus dievaluasi supaya selalu bening dan hening. Cerah dan tidak keruh.

Apalah kita? Lemah dan kerdil. Naif dan bodoh.

Imam Ahmad bin Hanbal (Raudhatul Muhibbin 1/69) saja ketika ditanya, " Apakah Anda mempelajari ilmu karena Allah? ".

" Adapun karena Allah, amatlah berat. Namun, sesuatu yang aku dibuat suka, maka aku lakukan" , jawab beliau.

Jika niat thalabul ilmi, ngaji, menghadiri majlis ilmu, mengikuti daurah, jadi santri, benar-benar lillahi Ta'ala, tentu akan bertahan. Bila salah niat, akan tiba waktunya menguap dan menghilang.

Imam Malik bin Anas menyatakan, " Apapun, jika niatnya Lillahi Ta'ala, tentu akan bertahan".


Di Calon Asrama Kelas IV
Awal Shafar 1444 H/29 Agustus 2022

t.me/anakmudadansalaf
3.9K views03:52
Buka / Bagaimana
2022-08-29 06:51:33 (136)

Noda Niat Thalabul Ilmi

Ada beberapa bentuk kesedihan. Dan manusia tak bisa hidup lepas dari kesedihan. Hanya saja, kenapa dan untuk apa bersedih? Itulah pembedanya.

Ada 2 sebab yang juga membuat bersedih.

Pertama ; tentang seorang santri yang berpotensi. Pintar. Cerdas. Baik-baik saja. Didukung orangtua. Finansial cukup. Sopan sikap dan perilaku. Tetiba , ia ingin berhenti jadi santri.

Kedua ; seorang sahabat. Semangat berbuat baik. Cinta kepada ilmu. Terdepan di majlis ilmu. Baik akhlaknya. Sayangnya menghilang. Tak lagi hadir bersama mencari ilmu.

Perlu dicari, apa sebabnya? Agar ke depan dapat diantisipasi.

Niat sangat menentukan. Ibarat tumbuhan, niat adalah akar thalabul ilmi. Akar berfungsi untuk menyokong, memperkuat, dan mengokohkan tumbuhan. Thalabul ilmi pun akan kokoh bila kuat mengakar.

Sebagaimana akar dapat menyerap makanan, air, dan unsur hara. Maka, niat akan memacu semangat untuk terus bertahan dan menambah ilmu.

Bicara niat sangat sensitif. Privasi. Urusannya hati. Apalagi jika tentang orang lain. Lebih-lebih menilai atau menghukumi. Berat. Bahkan, jangan!

Jika demikian, ulama Salaf lah yang menjadi sandaran.

Hisyam ad Dustuwa'i (Siyar A'lam Nubala) menyatakan, " Demi Allah! Saya tidak bisa berkata pasti, bahwa saya pernah satu hari sekalipun menuntut ilmu hadis untuk berharap wajah Allah "

Adz Dzahabi menambahkan, " Demi Allah! Saya pun tidak berani mengatakan demikian "

Walau seperti itu, bukan artinya tidak berthalabul ilmi. Jangan jadikan alasan berhenti ngaji. Itu bukan penghalang menghadiri majlis ilmu.

Belajarlah dan teruslah belajar! Dengan ilmu yang dipelajari, akan diketahuilah keikhlasan.

Mujahid bin Jabr, ulama tabiin pakar tafsir dari Mekkah, mengakui : " Dulu saat kami thalabul ilmi, mula-mula tidak begitu besar niatnya. Kemudian, setelah itu Allah karuniakan niat yang benar"

Noda-noda yang mengotori niat sangat variatif. Motifnya beragam. Niat yang semestinya tulus hanya untuk Allah Ta'ala dirusak oleh bercak-bercak dan bopeng-bopeng dunia.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda :

مَن طلبَ العِلمَ ليُجاريَ بهِ العلَماءَ أو ليُماريَ بهِ السُّفَهاءَ أو يصرِفَ بهِ وجوهَ النَّاسِ إليهِ أدخلَهُ اللَّهُ النَّارَ

" Barangsiapa berthalabul ilmu dengan tujuan ; membanggakan diri di hadapan ulama, mencari bahan mendebat orang bodoh atau mencari perhatian orang agar terarah padanya, kelak Allah masukkan dia dalam neraka " HR Tirmidzi no.2654 dan disahihkan Al Albani.

Thalabul ilmi, ngaji, menghadiri majlis ilmu, mengikuti daurah, jadi santri, sejatinya cara untuk dimudahkan masuk surga. Maka, tak boleh kotor niatnya.

Dalam hadis di atas, Nabi Muhammad ﷺ menerangkan beberapa noda niat Thalabul Ilmi :

1. Membanggakan diri di hadapan ulama. Supaya ulama memujinya. Agar terlihat hebat dan terkesan baik di mata ulama.

2. Memperoleh bahan untuk berdebat. Supaya bisa merendahkan dan membuat malu orang lain. Ada kesempatan membodoh-bodohi. Punya peluang untuk menjatuhkan orang.

3. Mencari simpati. Berharap pujian dan sanjungan. Agar orang-orang memperhatikan. Supaya dihormati dan dimuliakan. Agar banyak pengikutnya. Agar tidak dijauhi dan ditinggalkan.

Naudzu billah, ancamannya sangat mengerikan! Neraka.
3.9K views03:51
Buka / Bagaimana
2022-08-22 14:09:18 (136)

Noda Niat Thalabul Ilmi

......
4.5K viewsedited  11:09
Buka / Bagaimana
2022-08-19 10:17:38 (135)

Berkah Terhapus

Tujuan menjual tentunya untuk laku. Bukan hanya laku, sebisa-bisanya dapat untung. Sedikit untung masih belum cukup, sebab sebagian orang ingin untung yang berlipat-lipat.

Kecewa dan kesal akan dirasakan jika apa yang ditawarkan tidak kunjung terjual. Apalagi sudah habis-habisan beriklan. Besar-besaran promosi. Plus rayuan banyak discount dan hadiah.

Pasti membikin beban di hati!

Lebih-lebih jika modal menjual didapat dengan cara berutang. Ah, semakin berat dijalani.

Banyak cara dapat ditempuh untuk membuat dagangan laku terjual. Bila perlu laris manis. Banyak pelanggan setia.

Cara-cara untuk itu sudah tercerahkan dalam syari'at Islam. Semua cara bermuara pada satu ujung, yaitu kejujuran.

Sebaliknya, ada cara-cara salah yang dipilih. Malah menabrak tatanan syari'at. Bukannya naik setelah terbalik, bukannya bangkit setelah terjepit, bukannya tegar walau sempat terlempar, justru semakin buruk dan terpuruk.

Kenapa? Salah jalan.

Jangan sering-sering bersumpah. Jangan membawa nama Allah Ta'ala dalam berucap.

Apa tujuannya? Supaya barangnya laku. Agar dagangannya laris.

Nabi Muhammad bersabda :

الحَلِفُ مُنَفِّقَةٌ لِلسِّلْعَةِ، مُمْحِقَةٌ لِلْبَرَكَةِ

" Bersumpah memang bisa membuat laku dagangan, namun akan menghapuskan berkahnya " HR Bukhari 2087 Muslim 1606 dari sahabat Abu Hurairah.

Beliau juga mengingatkan :

إيَّاكُمْ وكَثْرَةَ الحَلِفِ في البَيْعِ، فإنَّه يُنَفِّقُ، ثُمَّ يَمْحَقُ

" Hati-hati kalian! Jangan banyak berucap sumpah untuk jual beli. Sungguh, hal itu memang bisa membuat laku, tapi setelahnya menghapus berkah " HR Muslim 1607 dari sahabat Abu Qatadah.

Apalagi bukan saja bersumpah. Tidak sekadar menyebut nama Allah Ta'ala.

Secara sadar ia bohong. Iya, berbohong dalam sumpahnya. Dengan sengaja ia berdusta. Iya, berdusta tapi dikamuflase dengan menyebut nama Allah Ta'ala.

Dosanya akan semakin berat. Pasal yang dikenakan bisa berlapis.

Kenapa untuk mencari keuntungan duniawi, ia merendahkan nama Allah? Kenapa demi memperoleh kesenangan materi, ia tak mengagungkan nama- Nya yang maha indah?

Kenapa bawa-bawa agama karena ambisius dunia?

Berdagang adalah aktivitas berjuang. Jual beli dihalalkan secara agama. Bahkan, Nabi Muhammad sangat pandai berniaga. Sahabat-sahabatnya banyak yang sukses berusaha di pasar.

Sehingga, berdagang akan bernilai ibadah jika dijalankan dengan niat yang baik dan dengan cara yang benar. Oleh sebab itu, cara-cara kotor diharamkan. Semuanya lengkap dibahas dalam fikih Islam.

Ketika ibadah yang suci telah dinodai dengan tendensi pribadi, ketika beramal dikotori oleh tujuan individual, bilamana niatan sudah berubah haluan, maka celakalah dan jadilah bencana.

Allah Ta'ala berfirman ;

مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ

"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan (QS Hud : 15)

Ayat di atas semoga menjadi pengingat bahwa apa yang didapat sesuai dengan niat. Apa yang dipetik, tak meleset dari sasaran yang dibidik. Setiap orang akan mengetam apa yang ia tanam.

Maka, periksalah niat! Sudahkah sesuai atau perlu diperbaiki? Benarkah atau harus berbenah?

Terasa benar nasehat Ibnul Jauzi di bagian akhir surat beliau untuk putranya :

"... Maka, janganlah engkau memberi nasehat melainkan dengan niat yang baik. Jangan sampai engkau berjalan kecuali dengan niat yang baik. Bahkan, janganlah engkau makan walau satu suapan melainkan dengan niat yang baik..." ( Laftatul Kabid, hal.72 )

Jadi, jika sudah berinvestasi. Sudah memplanning jauh-jauh hari. Habis-habisan beriklan. Besar-besaran promosi. Plus rayuan banyak discount dan hadiah.

Lalu, tidak kunjung laku. Hanya sedikit yang tertarik. Sepi. Tidak seramai yang diangankan. Maka, periksalah niat! Sudahkah sesuai atau perlu diperbaiki? Benarkah atau harus berbenah?


21 Muharram 1444 H/19 Agustus 2022

t.me/anakmudadansalaf
7.6K views07:17
Buka / Bagaimana