2022-08-15 18:11:30
Ia tatap jelaga hitam kelam itu, diselidiknya dengan tatapan menuntut, seolah bertanya tanpa suara. Dihembuskannya nafas kasar seraya bertanya
"kenapa? Kenapa kamu masih hidup?"Tangannya ia kepal, terlalu kesal.
"Kenapa kamu masih tersenyum seperti tidak ada beban?" Ia tanya lagi si pemilik mata hitam itu.
"Kenapa kamu tertawa disaat sudah jelas kamu ingin menangis?" Marahnya sudah tampak dipermukaan.
Suara nyaring malam itu memenuhi ruangan, pecahan kaca berserakan, sesaknya kini sudah meruak.
"Kenapa kamu ga jawab? Kenapa kamu diem aja? Kenapa?" Tidak ada jawaban, yang ada hanya diam, si pemilik mata hitam kini sudah lenyap, hilang bersama leburnya kaca yang telah ia beri pukulan.
Si mata hitam yang ia tatap tidak ada. Tidak beri jawab. Tidak beri alasan. Tidak mau dengarkan jerit hati yang sempat dikeluarkan. Isak tangis kini memenuhi setiap sudut kamar, ia sadar si mata hitam adalah dirinya. Ia tau si mata hitam itu adalah
ia dalam bentuk bayang maya cermin rias. Ia lelah. Lelah pada dirinya yang masih harus terus berjalan padahal ia ingin berhenti. Ia lelah pada raganya yang seolah tak ada masalah yang berarti. Ia lelah dengan
ia yang tetap hidup walau rasanya setiap hari seperti mati. Ia dan
dirinya lelah akan dunia.
154 views15:11