Get Mystery Box with random crypto!

Amalan amalan Sunnah yg dianjurkan pada malam Nishfu Sya'ban | 𝐊𝐚𝐣𝐢𝐚𝐧 𝐈𝐬𝐥𝐚𝐦𝐢𝐜

Amalan amalan Sunnah yg dianjurkan pada malam Nishfu Sya'ban

1. Perbanyak doa
Anjuran ini didasarkan pd Hadits Riwayat Abu Bakar, bahwa Nabi Muhammad Shollallaahu 'alayhi wasallam bersabda...
ينزل الله الى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيئ، الا لرجل مشرك او رجل فى قلبه شحناء

"(Rahmat) Allah turun ke langit dunia (bumi) pd malam Nishfu Sya'ban, Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yg di dalam hatinya tersimpan kebencian." (HR. Al-Baihaqi).

2. Membaca dua kalimat Syahadat sebanyak banyaknya
Dua kalimat Syahadat termasuk kalimat mulia dan sangat baik dibaca kapan pun dan dimana pun terlebih lagi pd malam Nishfu Sya'ban.

Sayyid Muhammad bin Alawi dlm kitab.. Ithmi'naanul Qulub Bidzikri 'Allaamil Ghuyub,.. mengatakan:
Yg artinya "Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yg penuh berkah dan keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat Syahadat, Laa ilaaha illallaah Muhammadur Rosulullaah, khususnya bulan Sya'ban dan malam pertengahannya."


3. Memperbanyak Istighfar.

Tidak ada satupun manusia yg bersih dari dosa dan salah. Tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa membuka pintu ampunan kepada siapapun.
Sayyid Muhammad bin Alawi dlm kitab yg sama, mengatakan: yg artinya.. "Istighfar merupakan amalan utama yg harus dibiasakan orang Islam, terutama pd waktu yg memiliki keutamaan, seperti Sya'ban dan malam pertengahannya. Istighfar dapat memudahkan rezeki, sebagai mana dijelaskan dalam Al-Quran dan hadits. Pada bulan Sya'ban pula dosa diampuni, kesulitan dimudahkan, dan kesedihan dihilangkan."

4. Membaca Surat Yasin

Asal usul amalan membaca surat Yasin ba'da maghrib ialah seperti dijelaskan oleh Syekh Muhammad Darwisy Al-Hut:

: وَأما قِرَاءَة سُورَة يس لَيْلَتهَا بعد الْمغرب، وَالدُّعَاء الْمَشْهُور فَمن تَرْتِيب بعض أهل الصّلاح من عِنْد نَفسه قيل: هُوَ الْبونِي، وَلَا بَأْس بِمثل ذَلِك.
“Adapun pembacaan surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban setelah Maghrib merupakan hasil ijtihad sebagian ulama, konon ia adalah Syeikh Al-Buni, dan hal itu bukanlah suatu hal yang buruk atau tercela”. (Kitab Asna al-Matholib fi ahadis mukhtalafat al-marotib, hal. 343)