Get Mystery Box with random crypto!

PARENTING * SHALIHKAN DIRI DEMI BUAH HATI.* Oleh: Fitrah Ilh | KELAS KREATIF

PARENTING

* SHALIHKAN DIRI DEMI BUAH HATI.*

Oleh: Fitrah Ilhami

“Aku bingung banget, Fit.
Kenapa ya anak-anak gak mau nurut sama sekali ke aku?”
Curhat seorang teman pada suatu ketika.

“Setiap aku menasihati sesuatu, anak-anak tidak pernah mau melakukan.
Aku gak pingin marah-marah terus tiap hari ke anak.
Tapi gimana lagi, mereka susah dibilangin.”

Aku mengangguk kecil mendengar keluh kesahnya.

Sungguh, aku pun pernah berada di posisinya, pusing ketika anak susah sekali menurut apa kata orang tua.

Dan sampai sekarang pun aku terus belajar untuk menjadi orang tua yang ucapannya berpengaruh pada anak.

Hingga suatu hari, sekolah tempatku mengajar mengadakan acara parenting via Zoom.

Pembicaranya Ustadz Ahmad Arqom,
founder lembaga pelatihan kepribadian Trustco.

“Setidaknya ada 3 kaidah dalam bahasa Arab, yang bila kita memahami serta melaksanakan kaidah ini, insyaAllah ucapan kita akan punya ‘power’ terhadap anak.”
Aku menyimak baik-baik pesan Ustadz Ahmad Arqom.

Apa saja kaidah itu?

Pertama.

ANNAASU ATBA'A MAN GHOLABA,
manusia itu cenderung akan mengikuti siapa yang lebih kuat, lebih sholih, lebih pintar, dan lebih banyak jasa terhadapnya.

Orang tua yang ingin diikuti ucapan dan sikapnya oleh anak, tentu wajib menunjukkan kelebihannya pada anak.

Bila anak sholat wajib 5 kali sehari, maka orang tua harus tambah dengan sholat sunnah.
Bila anak baca Quran satu lembar, orang tua harus baca Quran minimal 5 lembar.
Bila anak bisa matematika dasar, orang tua harus berusaha jauh lebih memahami matematika ketimbang anak.

Maka,
ketika anak melihat orang tua ternyata punya ‘segala sesuatu yang lebih’ dibanding dirinya, baik itu dalam bentuk ibadah atau ilmu pengetahuan, mau tidak mau anak akan menjadi segan, respek, dan ucapan kita akan berbekas di hatinya.

Jadi,
sudah bukan masanya lagi kita sebagai orang tua hanya bermodal ‘lebih duluan lahir’ lalu gampang menyuruh anak untuk ini dan itu.

Pingin anak rajin sholat tepat waktu, orang tua harus rajinkan diri sholat tepat waktu terlebih dahulu.

Jangan bisanya bilang,
“Nak, ayo sholat, Sudah adzan.”
Tapi setelah itu sang orang tua malah asyik nonton sinetron “Kumenangiiiis … Membayangkan…”.

kedua.

ASHLIH NAFSAKA YASLUH LAKANNAAS. Perbaiki dirimu, maka orang lain akan berbuat baik padamu.

Dalam konteks pendidikan anak,
Jika kaidah ini dibalik, mengapa anak tidak mau berbuat baik pada orang tua?
Ya, bisa jadi karena sang anak tidak mellihat kita sebagai orang tua yang mau memperbaiki diri.

Pertanyaannya sekarang, apakah sudah maksimal kita memperbaiki diri?

Jika belum, mungkin itulah yang menyebabkan anak tidak mau nurut pada kita.

Ada sebuah kisah dari seorang sahabat. Sahabat ini aku lihat begitu disegani oleh anaknya.

Ketika aku tanya apa rahasianya?
Sambil tersenyum ia jawab,

“Gak ada rahasia khusus, sih. Tapi dari sejak anakku lahir, aku punya kebiasaan tidak pernah sekalipun ngentut / buang angin atau mengupil di depan anak.”

Sederhana banget.

Tapi dampaknya begitu luar biasa.
Betapa hal-hal kecil yang sering kita abaikan, ternyata bisa berpengaruh pada hormat tidaknya anak ke orang tua.

Sekarang, kita tanyakan pada diri sendiri, betapa sering kita “Brat brot bret brut” di depan anak tanpa sungkan, atau garuk-garuk ketiak tanpa mempedulikan anak melihat tingkah bapak emaknya.

Kita bahkan menganggap hal itu sebagai lelucon, tapi hasilnya anak akan memandang diri kita rendah.
Naudzubillah.

MasyaAllah, sebelum mendengar kajian ini, aku termasuk orang tua yang “brat brot bret brut” di depan anak.

Tapi setelah mengaji, aku berhenti melakukan hal itu.
Sekarang lebih sering “brat brot bret brut” di depan istri.
Wkwkwk.

Ayo bareng-bareng memperbaiki diri.
Karena setiap perbaikan bukan hanya membuat diri kita menjadi nyaman, tapi bisa membuat orang lain senang.

ketiga.

KIMMATUL MAR’I BIQODRI MA YUHSINUHU, nilai seseorang itu sangat ditentukan oleh seberapa banyak kebaikan yang bisa ia kerjakan.