Get Mystery Box with random crypto!

KESEHATAN MENTAL PRIA Kenapa saya harus menawarkan tema yang | Kadam Sidik

KESEHATAN MENTAL PRIA

Kenapa saya harus menawarkan tema yang lebih sempit? kenapa tidak lebih general saja? kenapa pria saja? bukankah perempuan juga harus mengadapi kesehatan mentalnya sendiri juga?

Kita hidup di tengah masyarakat yang menuhankan ekspektasi mereka. Ekspektasi itu kemudian secara tidak langsung akan membuat stereotype baru bahwa manusia harus begini dan begitu, jika tidak begini dan begitu maka siap-siap saja menghadapi pelbagai macam sanksi sosial yang akan dilayangkan oleh masyarakat. Salah satu ekspektasi terbesar masyarakat hari ini adalah bagaimana cara mereka memandang para pria. Pria dituntut untuk selalu kuat menghadapi segalanya, pria tak boleh menangis, pria tak boleh mengeluh, dan sebagainya. Bahkan suatu hari saya pernah mendengar salah satu ungkapan dalam sebuah podcast “The primary tenet of masculinity is acting different to how you feel.” Tentu saja dalam banyak momen hal ini dibenarkan dan memang harus begitu, laki-laki dengan fisik dan mentalitas yang lebih kuat memang harus begitu. Saat perempuan dan anak-anak sedang dalam kondisi terpuruk, laki-laki harus berdiri kuat sebagai benteng yang melindungi mereka. Memang begitulah salah satu tujuan Allah menciptakan laki-laki dengan fisik yang lebih kuat. Namun ada satu hal yang kita lupakan bersama, bahwa laki-laki juga punya perasaan. Kita tidak hanya sedang berbicara tentang laki-laki yang selama ini kita lihat “melambai”, bukan mereka saja! tapi laki-laki yang kita yang kita lihat selalu tangguh dengan badan tegap, berotot, dan suara yang berat pun demikian.

Berdasarkan data yang ada pada tahun 2021, jumlah kasus bunuh diri laki-laki empat kali lebih banyak dibandingkan wanita. Terlepas dari fakta bahwa pria memang mendominasi secara populasi tapi memang secara statistik setidaknya hampir 80% pria pernah mencoba untuk bunuh diri. Banyak ilmuwan yang menyebutkan bahwa penyebab terbesar mengapa demikian adalah keengganan para pria untuk berbicara dan mengungkapkan apa yang mereka rasakan, mereka cenderung memilih jalan yang lain salah satunya adalah dengan bunuh diri. Lantas mengapa demikian? Ya tentu saja karena tuntutan stereotype dan budaya masyarakat kita tentang mereka. Salah satu tuntutannya adalah “masculine behavior” dimana atribut, perilaku, dan peran para pria sudah ditentukan dari awal. Apakah “masculine behavior” salah secara total? tentu saja tidak, namun banyak dari “masculine behavior” yang diajukan oleh masyarakat kita cenderung salah arah dan keluar dari tujuan awal. Maka tentu saja ini tugas kita bersama untuk kembali mempertanyakan mana “masculine behavior” yang layak dipertahankan dan tidak layak. Jangan sampai yang seharusnya dipertahankan malah dilonggarkan, begitupula sebaliknya.

Apa yang bisa saya lakukan sebagai pria bila saya merasa ada yang salah dengan mental saya?
Tentu saja ini juga menjadi masalah bagi banyak orang termasuk saya. Namun membuat perubahan sederhana seperti mulai sedikit demi sedikit mengungkapan dan meluapkan perasaan kita kepada orang terdekat dengan cara yang “baik” akan sangat membantu. Tak harus dokter, tak harus banyak orang pula, cukup temukan satu orang saja yang membuat kita nyaman. Mulai mengkonsumsi makanan yang sehat dan sedikit bergerak di pagi hari juga benar-benar membantu. Sebagai seorang Muslim tentu saja hal yang paling penting dan yang paling didahulukan yang paling saya sarankan adalah mulai memperbaiki hubungan kita dengan Allah ‎ﷻ. Manusia terkadang mengecewakan dan pergi, namun yakinlah bahwa Allah selalu menanti.

Wokeh broooooo… take care of urself…
Life is so hard… life is so challenging..
and sometimes we dont know what we can do abt it..
but believe that Allah will create ease after hardship…
Allah always with us…
I’m here for u my brother… u’re not alone….
Love u broooo..


- Kadam Sidik