2022-05-27 01:48:51
JIWA TARBAWI 792
Wasilah (jalan) untuk mendapat sifat sabar dan redha.
Di antaranya,
Pertama: Melihat sesuatu yang terjadi itu adalah pilihan Allah, dan pastilah ada hikmah dari pilihan Allah itu.
وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿البقرة: ٢١٦﴾
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (216)
Al Baqarah: 216
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah ; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
[At-Taghaabun: 11]
‘Alqamah bin Qais menafsirkan iman yang tersebut dalam ayat ini dengan mengatakan,
هُوَ الرَّجُلُ تُصِيْبُهُ الْمُصِيْبَةُ فَيَعْلَمُ أَنَّهَا مِنْ عِنْدِ اللهِ فَيَرْضَى وَيُسَلِّمُ.
“Yaitu seseorang yang ketika ditimpa musibah ia meyakini bahwa itu semua dari Allah, maka ia pun ridha dan pasrah (atas takdir-Nya).”
[Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya (juz 28/no. 34197-34200)]
Dari Shuhaib, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim, no. 2999)
Kedua: Mengingati bahawa ujian dan musibah itu adalah satu kaffarah yang akan menghapuskan dosa-dosa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Ujian akan selalu bersama dengan orang beriman lelaki maupun perempuan, baik pada dalam diri, anak, dan hartanya, sampai dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai satu kesalahan pun.”
(HR.Tirmidzi, no. 2399)
Ketiga: Memandang musibah yang menimpa masih lebih ringan dan mampu dihadapi. Ujian dan musibah itu tanda Allah menyayangi. Sedangkan musibah yang menimpa orang lain lebih berat.
من يرد الله به خيرا يصب منه
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah.” (HR. Al-Bukhari,5213).
Keempat: Hendaklah melihat pada natijah dari musibah, kerana musibah tersebut menjadikan seseorang kembali kepada Allah, menginsafi diri, rajin berzikir, berdoa, dan semakin dekat taqarrub kepada Allah.
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿البقرة: ١٥٥-١٥٦﴾
..berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[Sesungguhnya kami ini milik Allah dan kepadaNya lah kami kembali]. (156)
Al Baqarah: 155-156
Kelima: Mengingat pada balasan sabar dan redha amat besar.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
إنَّ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – يَقُولُ لأَهْلِ الجَنَّةِ : يَا أهْلَ الجَنَّةِ ، فَيقولُونَ : لَبَّيكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ ، فَيقُولُ : هَلْ رَضِيتُم ؟ فَيقُولُونَ : وَمَا لَنَا لاَ نَرْضَى يَا رَبَّنَا وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أحداً مِنْ خَلْقِكَ ، فَيقُولُ : ألاَ أُعْطِيكُمْ أفْضَلَ مِنْ ذلِكَ ؟ فَيقُولُونَ : وَأيُّ شَيءٍ أفْضَلُ مِنْ ذلِكَ ؟ فَيقُولُ : أُحِلُّ عَلَيكُمْ رِضْوَانِي فَلاَ أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أبَداً
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berkata kepada penghuni surga, “Wahai penghuni surga.
524 views22:48