2022-08-27 11:31:43
*PROSES AGAR BISA BAHASA ARAB*
Oleh : Zamroni Ahmad
Penguasaan bahasa manapun di dunia ini, pasti hasil dari proses 2 hal :
1. Penambahan maklumat
2. Pemakaian berulang
Orang yang tidak punya maklumat sama sekali, pastilah tidak bisa apa-apa.
Orang yang banyak maklumatnya, tentu bisa berbuat lebih banyak.
Itulah tabiat dasar bahasa.
Jadi, untuk bisa bahasa Arab, cobalah untuk disederhanakan, bahwa itu hanyalah proses MENAMBAH maklumat dan MEMAKAI berulang-ulang.
Kita misalnya, bisa bahasa Indonesia karena memang orang Indonesia, dari kecil sampai sekarang.
Saya bisa bahasa Jawa, karena waktu masih sekolah, sering bantu Bapak jualan, banyak pembeli orang Jawa.
Apalagi kalau yang belanja embah-embah, ngga bisa sama sekali bahasa Indonesia.
Ada namanya Mbah Untung, kalau datang ke warung, habis belanja suka ngomong "aku njaluk permene sitok yo" (aku minta permennya satu ya).
Di pasar lebih ramai lagi, tetangga sesama pedagang banyak orang Jawa.
Saya bisa bahasa Bugis karena saya asli Bugis. Tapi karena besar di Balikpapan, jadi lidah bugisnya sempat kaku.
Setelah lebih 3 tahun tinggal di Sulsel, barulah pelafalan bahasa Bugis saya diperlancar.
Sekaligus saya dapat tambahan bahasa Makassar, karena tinggal di Kabupaten Gowa dan interaksinya banyak dengan masyarakat desa.
Bugis dengan Makassar beda jauh.
Saya bisa bahasa Sunda karena kuliah jurusan Sastra Sunda sampai Sarjana.
Total 17 tahunan saya tinggal di Jawa Barat. Lebih lancar Sunda daripada Bugis.
Saya bisa bahasa Banjar karena besar di Balikpapan. Dan pernah 4 tahun tinggal di Samarinda yang berbahasa Banjar sehari-hari, ditambah lagi saya sering bolak-balik Kalsel.
Saya bisa bahasa Inggris, tapi cenderung pasif. Cuman bisa baca buku dan simak audio/video.
Kalau aktif ngomong bahasa Inggris masih kaku, masih berantakan tensesnya.
Karena walau punya banyak vocabulary, tapi jarang dibiasakan, jadinya ngga lancar.
Pendek kata, semua bahasa itu yang penting ada maklumat, lalu dipraktikkan terus menerus.
Walau sudah pernah jago dan paling pintar, lalu ngga dipakai lagi, pasti lupa.
Dulu sewaktu saya kuliah, saya belajar bahasa Kawi, Sunda Kuno. Ha na ca ra ka da ta sa wa la, dst. Tapi karena ngga dipakai lagi, akhirnya lupa semua.
Saya perlu perjelas, bahwa kitab apapun kita akan bisa baca, asalkan sudah pernah kita pelajari sebelumnya.
Contohnya, kenapa alumni pondok A bisa baca Tafsir Jalalain? Karena di pondoknya belajar itu.
Coba sodorkan kitab Nizhamul Islam, belum tentu bisa baca dengan baik.
Alumni pondok B, bisa baca Fathul Qorib, ya karena di sana dikupas berulang kali.
Tapi coba kasih kitab An Nizhamul Iqtishodiyyu fil Islam, mungkin pening juga dia.
Dulu saya pas selesai kitab Nizham, Takattul, Mafahim, rasanya udah jago Arabnya.
Eh, pas baca Tafsir Jalalain dan Matn Taqrib, sempat keder juga.
Ada peserta kursus kami, yang memperlihatkan kepada saya kitab Bulughul Umniyyah, Syarh Manzhumah Baiquniyyah.
Sambil bilang "Saya baru beli ini. Tapi koq saya ngga bisa baca sama sekali?".
Saya jawab "Sekarang simpan saja dulu kitab itu, suatu saat nanti pasti akan bisa baca. Sekarang kita baru membedah kitab Khulashatu Nuril Yaqin, tentang Sirah Nabawiyyah. Sedangkan Manzhumah Baiquniyyah itu ilmu hadits. Mufrodat (kosakata)-nya beda jauh. Tapi coba beli kitab bertema Siroh Nabawiyyah juga pasti akan lebih mudah membacanya, misalnya Ar Rahiqul Makhtum"
Nah, sekarang Antum mau bisa baca kitab apa, tinggal cari kajian yang membimbing cara baca kitab itu. Lalu baca ulang-ulang.
Teori tata bahasa Arab pun hanya perlu diulang-ulang agar nempel senempel-nempelnya.
Mau mahir percakapan pun demikian, pakai terus berulang-ulang, begitu prosesnya. []
==============
Ikuti kursus bahasa Arab online yang dirancang untuk aktivis dakwah agar pintar bahasa Arab & mahir membaca kitab Arab gundul.
Yuk Join #SAJADAH (STUDI ARAB JARAK JAUH DAN TERARAH)
Info Lengkap :
T.me/HendraSAJADAH1
Gabung Channel Telegram :
t.me/IndonesiaBerbahasaArab
161 views08:31