2022-06-29 15:32:01
Perempuan itu dahulunya periang, namun kini sirna.
Akibat kata-kata setajam paruh elang.
Gadis itu awalnya ceria, tapi kini hanya air mata. Sebab, ia hanya dipandang sebelah mata.
Anak itu bukan seorang pendiam, ia terlahir sebagai seseorang yang tak akan tahan jika disuruh diam barang sedetikpun. Tapi kini, ia menjadi seseorang yang enggan mengeluarkan suara nya. Ia bahkan membenci suaranya sendiri.
Gadis itu juga sebenarnya penyuka makanan, hanya saja kini semua makanan ia muntahkan sebelum tertelan. Hanya karena semua orang mempermasalahkan berat badan.
Lelaki itu bukan orang anti sosial, hanya saja ia memilih mengurung diri di rumah sebab dicaci akibat cara jalan yang katanya gemulai.
Remaja itu tidak bodoh. Ia menyayat tangan nya hanya karena ia ingin meluapkan emosi.
“Kenapa harus gitu sih? cerita kan bisa.”
Kawan, tak semua orang ingin mendengarkan, paling ia hanya dapat cacian.
“Tak ingat tuhan memangnya?” Memang kamu manusia paling mulia?
“Ga guna banget sih” mungkin bagimu itu hal tak berguna. Tapi baginya? itu adalah pengalihan dari rasa sakit yang di deritanya.
Ibu itu bukan orang jahat, tak berniat menggugurkan anaknya, hanya saja dibilang murahan membuat ia berpikir diluar nalar. Harus menyalahkan pihak wanita jika itu sudah terjadi?
Kemana kalian saat ia mengadu ada yang mendekati dan ingin menyakiti?
Jika tak mau mengerti, jangan suka menghakimi.
Depresi itu wajar adanya, datang dari hati yang gelisah, jiwa-jiwa yang belum usai bercerita, juga raga yang ada namun tak bernyawa.
Mereka semua sudah mati! nyawanya entah kemana, pergi bersama cibiran kalian.
Bisa tolong baca ini dengan baik? jangan suka memberi kritikan yang membuat seseorang tertekan. Kalian tak membuat ia bahagia, tapi berani-beraninya membuat ia bersedih.
Dasar pengecut.
4.2K viewsmiguél, 12:32