Get Mystery Box with random crypto!

Asy-Syariah

Logo saluran telegram asysyariah — Asy-Syariah A
Logo saluran telegram asysyariah — Asy-Syariah
Alamat saluran: @asysyariah
Kategori: Agama
Bahasa: Bahasa Indonesia
Pelanggan: 13.73K
Deskripsi dari saluran

Majalah Asy-Syariah
Jl. Titi Bumi - Potrojoyo 2 No. 082 (gg. Kenanga 26B) RT 01 Patran, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta.
Kontak
Redaksi: 081328078414
Keagenan/Pemasaran: 085878525401
website: www.asysyariah.com
email: asysyariah@gmail.com

Ratings & Reviews

3.33

3 reviews

Reviews can be left only by registered users. All reviews are moderated by admins.

5 stars

1

4 stars

1

3 stars

0

2 stars

0

1 stars

1


Pesan-pesan terbaru

2023-07-04 03:12:01
Lihatlah Aibmu Sendiri

#posterdakwah

https://t.me/asysyariah/3226
784 viewsedited  00:12
Buka / Bagaimana
2023-07-03 12:43:52 MANFAAT HIDAYAH KEMBALI KEPADA HAMBA SENDIRI


Allah subhanahu wa ta’ala memerintah segenap hamba untuk menempuh bimbingan hidayah guna meraih taufik dan kemuliaan-Nya.

Ketika seorang hamba memenuhi panggilan Allah subhanahu wa ta’ala, mencari dan mengejar hidayah, mengorbankan segala yang dimilikinya, baik harta maupun nyawa, lalu Allah subhanahu wa ta’ala menganugerahkan taufik kepadanya sehingga dia meraih kenikmatan dan keutamaan yang tiada tara di dunia, dan di akhirat dimasukkan ke dalam surga, yang merasakan semua ini adalah si hamba sendiri. Allah subhanahu wa ta’ala Mahakaya, tidak membutuhkan apa pun dari sang hamba.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَكُمُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَنِ ٱهۡتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهۡتَدِي لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيۡهَاۖ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيۡكُم بِوَكِيلٍ

Katakanlah, “Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al-Qur’an) dari Rabbmu. Oleh sebab itu, barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu.” (Yunus: 108)

https://asysyariah.com/hidayah-taufik-ilham/

https://t.me/asysyariah/1337
1.3K views09:43
Buka / Bagaimana
2023-07-03 08:49:01 Cara Puasa Ayyamul Bidh pada Bulan Dzulhijjah

Pertanyaan:
Pak Ustadz, saya mau tanya. Apakah di bulan Dzulhijjah tidak ada puasa Ayyamul Bidh? Karena, katanya ayyamul bidh itu tiga hari berturut-turut. Mohon penjelasannya. Terima kasih.

Jawaban:

Puasa Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, 15 setiap bulan hijriah) adalah salah satu cara puasa tiga hari setiap bulan. Ini cara yang paling utama.

Sejatinya, puasa tiga hari pada setiap bulan boleh dilakukan pada awal bulan, pertengahannya, atau di akhirnya.

Puasa tersebut boleh dilakukan secara berturut-turut ataupun secara terpisah. Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha berkata,

لَمْ يَكُنْ يُبَالِي مِنْ أَيِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ يَصُومُ

“(Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpuasa tiga hari setiap bulan), tanpa memedulikan kapan hari-hari beliau berpuasa pada bulan itu.” (HR. Muslim no. 1160)

Artinya, tanpa menentukan hari tertentu setiap bulannya.

Puasa tiga hari setiap bulan juga berdasarkan keumuman makna hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu,

أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ: بِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيِ الضُّحَى، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ

“Kekasihku (Rasulullah) shallallahu alaihi wa sallam berwasiat kepadaku kami dengan tiga wasiat: berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat dua rakaat waktu dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” (HR. al-Bukhari no. 1178 dan Muslim no. 721, 722)

Namun, apabila memungkinkan untuk melakukan puasa ini secara berturut-turut pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan hijriah, ini lebih utama. Dalilnya ialah hadits dari sahabat Abu Dzar radhiallahu anhu,

أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَصُومَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ الْبِيضَ: ثَلَاثَ عَشْرَةَ، وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ، وَخَمْسَ عَشْرَةَ

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintah kami agar berpuasa tiga hari bidh setiap bulan, yaitu tanggal 13, 14, dan 15.” (HR. an-Nasai 3/222 dan at-Tirmidzi no. 761)

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ مِنْكُمْ صَائِمًا مِنَ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ، فَلْيَصُمِ الثَّلَاثَ الْبِيضَ

“Barang siapa di antara kalian yang ingin berpuasa setiap bulan, hendaknya dia berpuasa pada tiga hari bidh.” (HR. Ahmad 5/102. Syaikh al-Albani rahimahullah menilai hadits ini hasan dalam kitab Shahih Sunan an-Nasai no. 2277)

Pada bulan Dzulhijjah, tidak mungkin seseorang berpuasa pada tanggal 13 karena masih hari tasyriq. Hari tasyriq dilarang berpuasa. Namun, pada bulan tersebut ada hari yang utama untuk berpuasa, yaitu puasa hari Arafah. Apabila seseorang ingin menyempurnakannya menjadi tiga hari, cukup menambah dua hari lagi. Dia bisa mengerjakannya pada tanggal 14 dan 15, atau pada hari-hari yang lain.

Perlu diketahui bahwa amalan yang rutin atau selalu dikerjakan, kemudian terhalang oleh faktor-faktor tertentu, seseorang tetap mendapatkan pahala amalan tersebut. Dalilnya ialah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Apabila seseorang sakit atau safar, akan ditulis baginya (pahala amalan) yang biasa dia kerjakan ketika dia beramal sewaktu mukim (tidak safar) dan dalam keadaan sehat.” (HR. al-Bukhari no. 2996 dari sahabat Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu anhu)

Yang semisal dengan sakit dan safar adalah hari atau waktu yang dilarang melakukan amalan tertentu padanya.

Wallahu a’lam bish-shawab.

(Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar)

https://asysyariah.com/puasa-ayyamul-bidh-dzulhijjah/

https://t.me/asysyariah/3224
1.5K viewsedited  05:49
Buka / Bagaimana
2023-07-03 03:15:14
Berubah Itu Butuh Usaha

#posterdakwah

https://t.me/asysyariah/3223
1.6K viewsedited  00:15
Buka / Bagaimana
2023-07-02 03:12:01
Agar Kehormatan Muslimah Tetap Terjaga

#posterdakwah

https://t.me/asysyariah/3222
2.0K views00:12
Buka / Bagaimana
2023-07-01 13:35:28 Mengapa Tetap Meminta Hidayah al-Irsyad dan Hidayah at-Taufiq, Padahal Sudah Meraihnya?


Ibnul Qayyim rahimahullah menguraikan bahwa seorang hamba tidak akan pernah meraih hidayah yang sempurna sesuai yang dia harapkan, kecuali apabila terpenuhi enam hal yang sangat dibutuhkan olehnya.

Mengetahui hidayah tersebut dalam semua hal yang dia lakukan dan yang dia tinggalkan.

Hal ini terwujud dengan dia melakukan apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah, serta menjauhi apa yang dibenci dan dimurkai oleh-Nya.
Apabila ilmu dan pengetahuan seseorang tentang hal ini berkurang, akan berkurang pula hidayah sesuai dengan kadarnya.

Memiliki kehendak dan azam (tekad) yang kuat untuk melaksanakan hal yang dicintai oleh Allah dan meninggalkan hal yang dilarang dan dibenci oleh-Nya, baik secara global maupun terperinci, sesuai dengan kondisi masing-masing.

Mengamalkan hidayah tersebut, baik berupa melakukan sesuatu maupun meninggalkan sesuatu.

Apabila pengamalan seorang hamba berkurang, akan berkurang pula kadar hidayahnya.

Ibnul Qayyim rahimahullah menegaskan bahwa tiga poin di atas merupakan prinsip hidayah, sedangkan tiga poin berikut ini adalah pelengkap dan penyempurnanya.

Seseorang mungkin telah meraih hidayah tentang beberapa hal secara global, tetapi dia tidak mendapatkan hidayah tentangnya secara detail. Oleh karena itu, dia membutuhkan hidayah tentang hal tersebut secara detail.

Seseorang mungkin telah mendapatkan hidayah tentang beberapa hal dari satu sisi saja, tetapi belum mendapatkan hidayah tentangnya dari sisi yang lain. Oleh karena itu, dia membutuhkan hidayah secara sempurna dari semua sisinya.

Seseorang mungkin telah mendapatkan hidayah tentang beberapa hal, secara detail dari segala sisinya. Dalam keadaan seperti ini, dia membutuhkan istiqamah dan kontinuitas berada di atas hidayah tersebut.

Keenam poin di atas terkait dengan suatu hal yang hendak dikerjakan atau ditinggalkan olehnya. Ada poin ketujuh yang terkait dengan hal-hal yang telah dilakukannya di masa lalu, yaitu tindakan-tindakan yang terjadi tidak di atas prinsip istiqamah (yakni dia menyimpang). Untuk hal-hal ini, dia perlu meralatnya dengan cara bertobat dari hal tersebut dan menggantinya dengan amalan lainnya di atas prinsip istiqamah.

Ibnul Qayyim menyimpulkan, apabila enam poin di atas sudah tercapai, yang diminta adalah istiqamah di atas hidayah. Namun, apabila poin-poin di atas belum diraih secara sempurna, yang diminta adalah prinsip-prinsip hidayah tersebut secara kontinu, memohon ilmu, azam dan kehendak kuat, kemampuan untuk beramal, serta kesempurnaan hidayah dan istiqamah di atasnya. (Badai’ul Fawaid, 2/190—191)

https://asysyariah.com/hidayah-taufik-ilham/

https://t.me/asysyariah/1339
2.2K views10:35
Buka / Bagaimana
2023-07-01 09:04:01
Setiap Orang Akan Dibangkitkan Sesuai dengan Keadaannya Ketika Mati

#posterdakwah

https://t.me/asysyariah/3220
2.0K views06:04
Buka / Bagaimana
2023-07-01 03:09:03 Singkat kisah, Salman pun berhasil menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di Quba, lalu menemuinya lagi di Madinah untuk melihat ciri-ciri kenabian beliau. Semuanya telah dia ketahui, kecuali satu hal: tanda kenabian di antara kedua pundak beliau.

Pada suatu hari, beliau shallallahu alaihi wa sallam mengantarkan jenazah seorang sahabat ke pekuburan Baqi’. Beliau shallallahu alaihi wa sallam duduk di antara para sahabat. Datanglah Salman lalu mengucapkan salam kepada beliau. Tidak sabar, Salman pun langsung berputar ke belakang punggung beliau untuk melihat apakah ada tanda kenabian seperti yang disebutkan oleh orang saleh dari Ammuriyah.

Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tahu bahwa Salman sedang memastikan sesuatu, beliau pun melepaskan kainnya dari pundak. Salman pun melihat dan mengenali tanda kenabian beliau. Salman langsung memeluk beliau sambil menangis dan menceritakan perjalanan panjangnya mencari hidayah, hingga akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala mempertemukannya dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam takjub dengan kisah Salman. Beliau memintanya untuk menceritakannya kepada para sahabat.

Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Muqbil rahimahullah dalam al-Jami’ ash-Shahih (1/85).

https://asysyariah.com/hidayah-taufik-ilham/

https://t.me/asysyariah/1346
2.1K views00:09
Buka / Bagaimana
2023-07-01 03:09:02 KISAH SALMAN RADHIALLAHU ANHU MENCARI HIDAYAH


Kisah Salman al-Farisi radhiallahu anhu adalah pelajaran berharga bagi pendamba kebahagiaan dunia dan pengharap surga.

Imam Ahmad rahimahullah dalam Musnad-nya (5/441) meriwayatkan perjalanan panjang seorang Salman al-Farisi radhiallahu anhu dalam mencari hidayah.

Disebutkan bahwa Salman dahulunya adalah penyembah api. Ayahnya, selaku kepala suku, menugaskan Salman untuk menjaga api agar terus menyala, tidak boleh padam. Salman pun tidak pernah keluar dari rumahnya, layaknya gadis pingitan.

Suatu hari, Salman disuruh oleh ayahnya untuk mengurus kebun dan menyelesaikan beberapa tugas. Di tengah perjalanan, Salman melewati sebuah gereja. Dia mendengar suara-suara merdu dari dalam gereja. Dia pun masuk dan menyaksikan apa yang dilakukan oleh kaum Nasrani. Salman takjub dan ingin memeluk agama mereka. Dia pun tertahan di situ hingga matahari tenggelam. Salman pun menanyakan asal-usul agama tersebut yang ternyata berasal dari Syam.

Ketika pulang, Salman langsung diinterogasi dan dimarahi oleh ayahnya. Dia lalu ditahan di kamar dengan kaki terlilit belenggu dari besi. Walhasil, akhirnya Salman berhasil kabur dari rumah. Berangkatlah ia menuju Syam bersama kafilah dagang dari Syam yang singgah di daerahnya. Di Syam inilah, Salman memulai sejarah perjalanannya mencari hidayah: agama Islam yang haq, Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Di Syam, Salman tinggal bersama seorang pendeta di gereja. Ternyata pendeta tersebut adalah orang yang jelek. Di akhir kisah, umat Nasrani menyalib pendeta tersebut.

Salman lalu tinggal bersama seorang pendeta lain yang menggantikan posisi pendeta sebelumnya. Pendeta tersebut adalah orang yang saleh dan baik. Namun, tidak lama berselang, pendeta tersebut tiba ajalnya. Sebelum wafat, dia berwasiat kepada Salman untuk mendatangi seorang saleh di negeri Maushil.

Salman pun segera berangkat ke Maushil dan tinggal bersama orang saleh tersebut. Akan tetapi, tidak lama kemudian orang tersebut wafat. Sebelum meninggal, dia berwasiat kepada Salman agar datang kepada seorang yang saleh di negeri Nashibin.

Tanpa membuang waktu, Salman bergegas menuju Nashibin dan bertemu dengan orang saleh tersebut. Salman lalu tinggal bersamanya. Namun, dengan takdir Allah, cepat pula ajal menjemput orang ini. Dia pun wafat. Sebelumnya, dia memberitahu Salman tentang seorang saleh di daerah Ammuriyah.

Di Ammuriyah, Salman bertemu dan tinggal bersama orang saleh tersebut dalam waktu yang cukup lama. Salman bahkan sempat mencari usaha hingga memiliki beberapa ekor sapi dan kambing. Tatkala ajal tiba, orang saleh tersebut memberitakan bahwa tidak ada lagi di muka bumi ini orang yang saleh seperti dirinya. Namun, dia memberitahu Salman bahwa waktu itu telah datang masa munculnya nabi akhir zaman. Disebutkannya pula ciri-ciri nabi itu: nabi itu muncul di negeri Arab, lalu berhijrah ke daerah yang diapit oleh dua bukit berbatu hitam, di tengahnya terdapat pohon-pohon kurma, nabi itu mau memakan hadiah dan tidak mau memakan sedekah, dan di antara kedua pundaknya ada tanda kenabian.

Setelah orang saleh itu wafat, Salman masih tinggal di Ammuriyah beberapa lama. Ketika datang kafilah dagang dari kabilah Kalb, Salman meminta mereka membawanya ke tanah Arab dengan bayaran seluruh sapi dan kambing yang dia miliki. Mereka pun menyetujuinya dan membawa serta Salman. Namun, setibanya mereka di Wadi Qura, mereka menjual Salman sebagai budak kepada seorang Yahudi. Salman pun tinggal di sana beberapa waktu.

Tidak seberapa lama, datanglah sepupu Yahudi itu dari Bani Quraizhah Madinah. Dia pun membeli Salman dan membawanya ke kota Madinah. Sesampainya di sana, Salman langsung mengenali Madinah sebagaimana kriteria yang disebutkan oleh orang saleh dari Ammuriyah.

Di Madinah, Salman disibukkan oleh statusnya sebagai budak. Bersamaan dengan itu, Rasulullah sudah diutus sebagai nabi di Makkah, lalu berhijrah ke Madinah.
2.0K views00:09
Buka / Bagaimana
2023-06-30 08:56:03 AGAR KEHORMATAN MUSLIMAH TETAP TERJAGA


Allah azza wa jalla berfirman kepada Nabi-Nya dan istri-istri beliau—yang menjadi teladan bagi kaum muslimah,

وَقَرۡنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰۖ

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu.” (al-Ahzab: 33)

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menjelaskan ayat ini dalam tafsirnya,

“Tetaplah kalian tinggal di rumah-rumah kalian, karena hal itu lebih selamat dan lebih menjaga kehormatan. Janganlah kalian sering keluar rumah dalam keadaan bersolek dan memakai wewangian sebagaimana halnya kebiasaan orang-orang jahiliah sebelum kedatangan Islam yang tidak memiliki ilmu dan agama. Sebab, semua hal itu akan menyeret ke dalam berbagai kejelekan dan sebabnya.”

Simak selengkapnya:

https://asysyariah.com/globalisasi-menghancurkan-generasi/

https://t.me/asysyariah
2.1K views05:56
Buka / Bagaimana